S sendiri mengungkapkan seluruh kronologis sejak awal hingga akhir peristiwa yang dialaminya pada Senin diri hari sekitar pukul 03.00 WIB (16/7/2017).
Awalnya, S dan R yang membawa motor masing-masing, terlibat saling salip dengan bus Bhineka yang melaju kencang di pantura. Saat hendak mengisi bensin di Plumbon, seseorang melemparkan barang yang mengenai dirinya.
S mengaku tidak terima dan mengejar bus.
Saat berhenti menurunkan penumpang, S melemparkan batu ke arah bus yang mengenai bodi sisi kiri.
“Saya yang lempar batu dan saya kabur. Saya tidak tahu Riyan ketangkep,” ungkapnya.
Senin pagi, S datang ke kantor PO Bus Bhineka memenuhi panggilan Riyan, sekaligus hendak meminta maaf pada pihak bus.
Namun, baru mengucap salam, mengenalkan diri, dan meminta maaf, S mengaku langsung diseret dan dipukuli sejumlah orang yang ada di tempat.
“Saya mau minta maaf', tiba-tiba saya langsung diseret, dipukuli berkali-kali oleh banyak orang, sampai diseret ke belakang. Pakai tangan, pakai balok, dan jempol kaki saya diinjak pakai ujung kursi besi terus diduduki,” ungkap S di ruangan yang juga dipenuhi sejumlah awak media.
Dia mengaku diianiaya sejak tiba hingga sekitar 12.00 WIB.
“Mobil (sopir dan kernet) datang, pukul lagi, pukul lagi, pukul lagi hingga selesai sekitar jam 12an. Kemudian saya diantar ke rumah, karena sudah tidak bisa apa-apa pak, muntah-muntah darah,” kata S.
Pasca mendengar kesaksian tersebut, Kamis (20/7/2017), sejumlah awak media berusaha mengonfirmasi pada pihak Datasemen Polisi Militer (Denpom) 3 Cirebon di Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, terkait dugaan keterlibatan oknum TNI pada kasus penganiayaan itu.
Namun, seorang petugas menyampaikan, belum mengetahui kasus tersebut, dan menyarankan untuk meminta keterangan lebih lanjut pada polisi.
Penulis: Kontributor Cirebon KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon
Berita ini sudah dimuat Kompas.com dengan judul: Kasus Penganiayaan Berujung Kematian, Seorang Anggota TNI Diperiksa