News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kutukan Puyang Gadis Ini Masih Terasa di Masyarakat Kupang Tuo Tebingtinggi Empatlawang

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga setempat melihat kondisi makam puyang gadis di Desa Kupang Kecamatan Tebingtinggi Empatlawang.

TRIBUNNEWS.COM, EMPATLAWANG- Kecantikan gadis di Desa Kupang Kecamatan Tebingtinggi Kabupaten Empatlawang konon tidak ada yang melebihi kecantikan Siti Lamjena gadis cantik nan ayu yang tinggal di Desa Kupang tuo sekitar abad ke Delapan.

Hingga kini misteri kutukan itu oleh sebagian masyarakat dianggap masih ada dan masih terasa bagi penduduk setempat.

Diceritakan Hendri, salah seorang warga asli Desa Kupang mengatakan cerita ini ada sejak masa kerajaan di Palembang.

Ia tahu cerita ini dari tetua warga Desa Kupang hingga saat ini cerita ini masih terjaga sampai turun temurun.

" saya tahunya cerita ini dari tetua warga Desa Kupang, sampai saat ini konon kutukan itu masih berlaku," ungkapnya dibincangi Sripoku.com, Selasa (8/8/2017).

Diceritakan, menurut cerita saat itu hidup seorang gadis cantik di Desa Kupang. Gadis tersebut menurut masyarakat setempat bernama Siti Lamjena atau Siti Rohina atau juga dikenal masyarakat setempat dengan nama Sahina.

Saat itu hendak dipersunting sang raja yang berlayar di sungai Musi dari Palembang.

Dulunya Desa Kupang letaknya berada di pinggir sungai Musi disebut warga Kupang Tuo.

Namun sayang Siti Lamjena dan saudara laki-lakinya bernama Abdul Amaran dikenal puyang Juare menolak.

Hingga raja menyampaikan akan datang lagi ke Desa Kupang Tuo untuk membawa Siti Lamjena.

Pada suatu kesempatan sang raja kembali ke desa dan ingin membawanya.

Saudaranya Abdul Amaran dengan kelurganya mencari akal agar Siti Lamjena tidak di persunting akhirnya memutuskan Siti Lamjena disembunyikan keluarga dengan cara dibuat galian dalam tanah.

Rencananya akan dikasih bambu ditanam untuk alat bernapas Siti Lamjena bersama perlengkapan seperti tikar, sisir, daun sirih dan buah pisang emas sebagai makanan.

Hingga waktu ditentukan raja sudah tiba dan ternyata Abdul Amaran lupa memberi bambu suling untuk alat bernapas di dalam tanah.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini