TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Ternyata hidup di dalam penjara bukanlah hal yang murah bagi para pelaku kejahatan. Mahal! Begitu kata terucap dari mulut wanita, sebut saja Putri (55), untuk menghidupi anaknya yang mendekam di Lapas Kedungpane Semarang.
Sempat berpikir sejenak menghitung besaran biaya yang telah dikorbankan setiap bulan untuk menghidupi anaknya di lapas, wanita berjilbab itu kemudian menyebut angka Rp 1 juta lebih.
Jika dihitung satu tahun masa kurungan, artinya Putri mesti menyiapkan sekitar Rp 12 juta untuk biaya anaknya selama di lapas.
Uang itu digunakan untuk berbagai macam keperluan 'terselubung'. Rinciannya, sebesar Rp 250 ribu untuk sewa kamar, Rp 50 ribu tarif listrik dan air, sisanya kebutuhan selama membesuk.
Ketika ditanya lebih jauh, tambahan biaya apa yang dikeluarkan saat membesuk? Putri mengerutkan dahinya.
"Ya untuk ninggali anak Rp 100 ribu, terus beli kebutuhan seperti mi instan, kopi, rokok, alat mandi katakanlah Rp 150 ribu, sewa tikar Rp 20 ribu setiap kali datang," jelasnya.
Meski demikian, Putri menuturkan, uang saku atau sering disebutnya uang tinggalan sebesar Rp 100 ribu yang diberikan bukan sepenuhnya untuk anaknya, melainkan sebagian jatah sipir.
Sebab, setiap kali ada pembesuk, penghuni yang dijenguk itulah yang ditodong setoran oleh petugas lapas.
"Katakanlah sebulan empat kali besuk, per minggunya Rp 250 ribu, rinciannya Rp 100 buat uang saku ninggali anak dan Rp 150 ribu beli keperluan, berarti satu juta cuma untuk besuk saja, ditambah sewa kamar dan bayar listrik serta air per bulan Rp 300 ribu," imbuhnya.
Namun, Putri tidak mengetahui pasti berapa besaran yang diberikan sebagai jatah petugas lapas setiap kali ada tamu yang menjenguk.
"Pokoknya saya kasih uang tinggalan Rp 100 ribu, nggak tahu dibagi buat LP-nya berapa, ya mungkin Rp 50 ribu," paparnya.
Begitu pun biaya bulanan seperti sewa kamar, bayar listrik, dan air, modusnya tidak langsung diberikan dari wali narapidana pada petugas lapas. Uang itu diberikan melalui narapidana itu sendiri yang diminta untuk jatah.
Meski demikian, Putri mengungkapkan, kondisi saat ini dinilai sudah lebih baik dibandingkan dengan dahulu yang lebih parah. Setiap kali menjenguk dikenakan biaya sekitar Rp 5 ribu/10 menit.
"Nanti setiap 10 menit ada petugas bawa kotakan nariki uang. Saya biasa kasih Rp 5 ribu," jelasnya.