TRIBUNNEWS.COM, MANGKUTANA - Suasana duka masih terasa atas meninggalnya Aritya Syamsudin, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) Mangkutana, Luwu Timur, Sulsel.
Aritya meninggal di RSUD I Lagaligo Jl Sangkurwira, Desa Bawalipu, Kecamatan Wotu, Selasa (15/8/2017) sekitar pukul 01.30 wita.
Aritya meninggal setelah dirawat dua malam karena sesak dan batuk, sejak Minggu (13/8/2017).
Aritya dipanggil sang pencipta dua hari sebelum menjalankan misinya mengibarkan bendera.
Seperti dirasakan Ayu Hasdiana (15), Paskibra Mangkutana pembawa baki merah putih di upacara HUT ke-72 RI di Lapangan Wonorejo, Desa Wonorejo, Kecamatan Mangkutan, Kamis (17/8/2017).
Baca: Begini Penampakan Meriam Jepang yang Banyak Tenggelamkan Kapal Sekutu
Ayu teman dekat Aritya sejak SMP hingga latihan Paskibra. Curahan hati (curhat) termasuk keluhan almarhumah sedikit banyak Ia tahu.
Termasuk keluhan penyakit gondok beracun yang diderita oleh almarhum selama mengikuti latihan.
"Almarhum punya sakit gondok beracun sejak kelas sembilan SMP," kata siswi kelas 10 MIPA 2, SMAN 4 Luwu Timur ini kepada TribunLutim.com.
Ia mengatakan Aritya pernah mengeluh tersiksa karena sesak dan batuk akibat penyakitnya saat latihan.
Saat dirawat di RSUD I Lagaligo, almarhumah meminta dibawakan seragam Paskibra yang dititip ke Ayu, sehari jelang pengukuhan.
"Saya bawakan itu bajunya di rumah sakit dan sempat Ia coba. Ia bilang mau sekali ikut pengukuhan," sambungnya.
Baca: Begini Kondisi Mantan TKI dari Malaysia Usai Loncat dari Lantai 3
Almarhumah sangat terobsesi ikut Paskibra untuk mendapat sertifikat ditambah motivasi karena keluarga dan sepupunya pernah menjadi Paskibra.
"Saya kaget dan sedih sekali waktu dapat kabar Aritya sudah meninggal di rumah sakit," ucap Ayu.