TRIBUNNEWS.COM, KALTIM - Moch Idrus (80), kakek sebatang kara, tinggal di gubuk kecil yang sempit di kawasan jalan hauling PT Bara Kumala Sakti (BKS), Dusun Durung RT 12, Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kukar.
Irvan, karyawan tambang PT BKS, kerap mengunjungi kakek asal Amuntai, Kalsel itu.
"Kakek ini sudah tinggal sekitar 2 tahun digubuk yang dibangun seadanya dari seng, potongan kayu dan kain spanduk," kata Irvan kepada Tribunkaltim.co, Jumat (8/9/2017).
Sebelumnya, Idrus tinggal di Kelurahan Loa Tebu, Tenggarong.
"Kabarnya, anak dari kakek Idrus yang membawa ke sini (Jembayan). Tapi sampai saat ini tidak ada sanak keluarga yang mengunjunginya," tuturnya.
Kondisi kakek renta ini kian memprihatinkan, kaki kirinya membengkak karena diserang penyakit kaki gajah sekitar satu tahun lebih.
Idrus tak bisa lagi berjalan. Ia berjalan dengan menggeserkan pantatnya ke lantai.
"Saya sendiri nggak tega lihat kakek itu sendirian. Saya dan teman-teman sering memberinya makan. Bahkan saya berikan lampu elektrik agar gubuknya tidak gelap tiap malam," kata Irvan. Dia juga sering membawakan Idrus minyak tawon untuk mengusir gigitan nyamuk.
Irvan pernah memergoki kakek ini memasak nasi sendiri dengan bahan bakar kayu. Ia hanya memasak nasi tanpa lauk.
Gubuk reyot Idrus tersembunyi di antara rimbunan pepohonan dalam hutan. Dinding gubuk itu terpasang dari sisa-sisa kain spanduk.
Gubuk itu hanya berukuran 1x2 meter dengan beratapkan seng. Jika hujan turun, maka atap gubuk itu bocor ke dalam.
Lokasi gubuk ini berjarak sekitar 20 km dari pusat Desa Jembayan atau 14 km dari simpang jalan hauling PT BKS. Jika hujan, maka akses jalan hauling ini susah ditembus karena becek.
Beberapa karyawan dan warga yang iba kerap mengunjungi untuk memberinya makan.
Ketika warga menawarinya untuk mengobati kaki gajahnya, Idrus acapkali menolak. Kakek ini beralasan ingin menjaga tanaman pisang yang tumbuh di sekitar gubuknya. (*)