News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sisi Lain Budaya Sumba: Pria Berparang Ada Dimana-mana, Namun bukan Untuk Berperang

Penulis: Yulis Sulistyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Sumba bagian barat membawa parang atau katopo kemanapun pergi. Katopo menjadi budaya sekaligus alat kerja

TRIBUNNEWS.COM, SUMBA - Apa reaksimu begitu melihat hampir semua pria tua-muda membawa parang ada di mana-mana? Pasti awalnya kamu kaget atau bisa jadi begidik ketakutan.

Itulah pemandangan unik dan awalnya sedikit mengkhawatirkan ketika berada di kawasan Sumba Barat Daya dan Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Begitu keluar dari Bandara Tambolaka, Sumba Barat Daya, di setiap jalanan akan terlihat pria membawa parang atau disebut Katopo dalam bahasa daerah di Sumba.

Baca: Saat Gadis-gadis Cantik Terjun ke Pedalaman untuk Mengajar: Rela Kepanasan Hingga Riasan Luntur

Parang yang dibawa berukuran panjang dan diselipkan di pinggang dengan dibalut kain. Hampir semua parang panjangnya sekitar 30- 40 cm.

Warga Sumba bagian barat membawa parang atau katopo kemanapun pergi. Katopo menjadi budaya sekaligus alat kerja (tribunnews/yulis)

Tak hanya orangtua, anak muda pun juga membawa katopo itu kemana pun pergi.

Tribunnews.com yang berada di Kota Tambolaka pekan lalu menyaksikan anak-anak muda juga membawa katopo, meski sambil mengendarai sepeda motor.

Bukan cuma satu atau dua. Hampir semua anak muda membawa katopo. Tak ada polisi yang menghentikan atau melarang pengendara membawa parang.

Warga Sumba bagian barat membawa parang atau katopo kemanapun pergi. Katopo menjadi budaya sekaligus alat kerja (tribunnews/yulis)

"Kalau di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, kemana-mana warga membawa Katopo. Itu sudah menjadi kebiasaan di sini," ujar Pettu, warga Sumba Timur yang kerap bepergian ke Sumba bagian barat.

Budaya

Tribunnews.com juga mendatangi kawasan desa di Sumba Barat Daya. Di wilayah Kodi misalnya.

Terlihat warga membawa Katopo kemanapun mereka berada. Saat berladang, bekerja di sekitar rumah maupun ketika berjalan, para pria tak pernah ketinggalan katopo.

Warga Sumba bagian barat membawa parang atau katopo kemanapun pergi. Katopo menjadi budaya sekaligus alat kerja (tribunnews/yulis)

Baca: Potret Siswa SD di Pedalaman: Kurang Gizi, Pertama Kali Makan Telur Lalu Muntah

Tribunnews.com juga mendatangi daerah pedalaman di Sumba Barat yakni Desa Lolomano. Desa tersebut jaraknya sekitar 40 km dari Ibukota Sumba Barat yakni Waikabubak.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini