Laporan Wartawan TribunJatim.com, Triana Kusumaningrum
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluluskan mahasiswa bergelar Doktor dari program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Program PMDSU ini adalah program beasiswa untuk menempuh gelar doktor tanpa harus menempuh pendidikan S2 terlebih dulu.
Namun tahun ini menjadi tahun yang istimewa, pasalnya ada dua orang lulusan bergelar doktor yang baru berusia 27 tahun.
Dari sembilan orang yang terdaftar menjadi mahasiswa program PMDSU dalam program ini, meluluskan dua wisudawan terbaiknya dari Departemen Teknik Sipil, Sabtu (23/9/2017).
Baca: Kisah Anak Penggali Kuburan yang Bisa Kuliah Jenjang Doktoral di Jepang
Hebatnya lagi, kedua doktor tersebut lulus dengan pujian atau cumlaude.
Keduanya adalah Asdam Tambusay yang berhasil lulus dengan IPK 3,97 dan Wahyuniarsih Sutrisno yang lulus dengan nilai IPK sempurna yaitu 4,00.
Asdam merupakan alumni S1 Teknik Sipil Universitas Hassanuddin (Unhas) Makassar dan Wahyuniarsih berasal dari S1 Teknik Sipil ITS.
Dalam menempuh pendidikan S3-nya, topik disertasi yang diangkat oleh Asdam ialah penggunaan material engineered cementitious composite (ECC) dari mikrostruktur pada bangunan tahan gempa.
Pria kelahiran Agustus 1990 ini mengatakan latar belakang pembuatan desain gedung tahan gempa ini adalah dikarenakan Indonesia merupakan negara rawan gempa.
Baca: Pertama Dalam Sejarah Pesantren Beri Gelar Doktor Honoris Causa
“Untuk tindak pencegahan pada bencana gempa, maka perlu dibangun bangunan yang anti gempa sehingga mengurangi besarnya kerusakan banguanan,”ujar pria yang berencana mengambil program post-doctoral tersebut melalui rilis yang diterima TribunJatim.com, Sabtu (23/9/2017).
Asdam mengaku untuk mendukung riset bangunan tahan gempa tersebut, Asdam harus melakukan riset hingga ke Edinburgh University, United Kingdom (UK).
Wahyuniarsih yang akrab disapa Wahyu mengusung disertasi yang mengangkat topik propagarsi retak akibat korosi (karat) pada beton bertulang.
Wahyu menjelaskan disertasi yang dibuatnya ini berguna untuk memprediksi lebih dini kapan terjadi korosi pertama pada sebuah bangunan, sebab korosi tersebut dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan bangunan tersebut.
“Terutama di Indonesia yang saat ini sedang gencar membangung infrastruktur maritime, sehingga perlu memprediksikan sejak dini kapan terjadinya korosi untuk menjaga daya tahan beton bangunan,” ucap perempuan berkacamata tersebut.