Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali
TRIBUNNEWS.COM, KUDUS – Kebakaran yang melanda lereng Gunung Muria sejak Jumat (22/9/2017) sampai saat ini api masih belum padam. Hal itu dikarenakan sulitnya medan untuk mencapai titik api.
Kawasan yang terbakar tersebut masuk wilayah Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pati.
Tepatnya di petak 75 wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Bategede Jepara kini mulai merambah di petak 64 RPH Batealit Jepara.
Agus Ridwan, Wakil Kepala Administratur KPH Pati Selatan mengatakan, sampai saat ini pihaknya hanya fokus untuk melokalisir api agar tidak meluas. Yaitu dengan cara memadamkan secara manual dengan alat berupa sabit, kayu, dan cangkul.
Kebakaran yang berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut itu membakar lahan seluas sekitar tiga hektar.
“Harapannya segera padam agar tidak meluas dan tidak sampai ke ladang milik warga,” katanya.
Dia mengatakan, di titik yang mengalami kebakaran tersebut tidak ada flora endemik. Tumbuhan yang mendominasi di titik api yaitu ilalang dan pakis.
Saat musim kemarau, layaknya saat ini, tumbuhan tersebut mengering. Tentu itu mudah tersulut api, ditambah hembusan angin yang cukup kencang.
Dia menjelaskan, hutan ydi lereng Gunung Muria yang terbakar itu merupakan hutan lindung. Jadi, dipastikan tidak ada kerugian yang cukup besar.
“Belum ada hitungan kerugian. Kalaupun toh ada sangat kecil. Tapi yang kami fokuskan sekarang agar api padam dan tidak meluas,” katanya.
Titik kebakaran itu sudah masuk wilayah Jepara. Namun, pemukiman terdekat dari titik api yaitu Desa Rahtawu, Gebog, Kudus yang berjarak sekitar tujuh kilometer.
Atas kejadian tersebut, sejumlah warga Desa Rahtawu yang tergabung dalam Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) ikut andil dalam membantu memadamkan kebakaran. (*)