Nurman Ali juga tak menjelaskan apakah melihat langsung bekas penyerangan hewan tersebut terhadap warga yang melapor ke polisi, untuk memastikan apakah betul hewan tersebut menyerang warga bahkan menampar warga.
Baca: Hari Ini Mulai Diberlakukan Rute Baru TransJakarta
Sehingga menimbulkan keresahan warga sekitar hutan tersebut.
Kemarin, Kapolsek Tangse ini malah membantah keterangannya sendiri dengan mengatakan "Tidak ada konflik antara orangutan dan warga yang masuk ke hutan lindung."
Staf Komunikasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Nayla Azmi, secara khusus mengirimkan penjelasan kepada Serambi, terkait informasi dari Kapolsek Tangse yang mengatakan ada penyerangan oleh orangutan terhadap warga di Tangse.
Ia mengatakan, YOSL-OIC adalah lembaga yang bekerja untuk perlindungan orangutan dan hutan habitatnya, di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
"Selama kami melakukan penanganan konflik manusia-orangutan, tim YOSL-OIC tidak pernah menemukan kasus orangutan liar menyerang manusia, layaknya lawan bertemu lawan. Konflik yang ditemui antara manusia–orangutan, paling sering terjadi karena orangutan masuk ke perkebunan masyarakat di musim panen buah, dan pada saat masyarakat melihat orangutan biasanya orangutan akan menghindar dari manusia," katanya.
Menurutnya, apa yang terjadi pada warga di Kecamatan Tangse, Pidie, menjadi contoh fakta bagaimana manusia masuk ke habitat orangutan.
Ia pun sangat menyesalkan munculnya informasi yang menurutnya sesat ini, apalagi pihak yang memberi keterangan adalah pihak kepolisian yang seharusnya tidak begitu saja memercayai informasi yang diberikan warga. (naz/rel/yat)