Sesi pemotretan, berlangsung di hotel yang telah disepakati. Lama waktu pemotretan sekitar satu jam. Selain biaya hotel, Bef mengaku tidak ada biaya lain, termasuk untuk membayar jasa fotografer.
"Tidak bayar. Karena terkadang juga, fotografer meminta saya untuk foto polos.
Alasannya untuk portofolio dia. Kalau saya lagi mau foto polos, ya foto. Tetapi kalau lagi nggak percaya diri, ya saya pasti tolak," paparnya.
Selama sesi pemotretan, Bef mengaku, tidak pernah mengalami hal tidak mengenakkan, maupun hal lain di luar pemotretan.
Menariknya, Bef mengaku tidak khawatir kalau foto tanpa busananya itu tersebar luas.
Sebab, sejak pertama kali melakukan sesi pemotretan, ia hanya menggunakan jasa satu orang fotografer.
Seorang fotografer profesional di Bandar Lampung, Ceh (bukan nama sebenarnya) mengaku telah beberapa kali memenuhi permintaan foto tanpa busana.
Permintaan tersebut rata-rata berasal dari perempuan berusia 25 tahun - 30 tahun.
"Sebenarnya tidak banyak, hanya beberapa orang, tidak sampai sepuluh. Karena biasanya, yang minta difoto itu sudah kenal dengan saya. Kalau belum kenal, mereka juga enggan," ujar dia.
Ceh mengaku tidak pernah membuka layanan foto syur.
Tetapi, ia tetap melayani jika ada orang yang memintanya. Sebab, melakukan sesi pemotretan tanpa busana memiliki prestise tersendiri di antara sebagian fotografer profesional.
Bahkan, mereka rela tidak dibayar jika diminta untuk melakukan sesi pemotretan tanpa busana.
Sebab, kesempatan untuk melakukan sesi pemotretan tanpa busana tidak bisa didapatkan semua fotografer yang memiliki keinginan untuk melakukan hal tersebut.
"Sekadar kepuasan, tantangan, dan yang penting punya prestise tersendiri. Kan bisa bilang, `Gua udah pernah loh moto begitu (perempuan tanpa busana)'," kata Ceh.
Hasil pemotretan, terus dia, tidak hanya disimpan si pemesan, tapi juga fotografer.