News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Kesetiaan Sulaeman, Usia Senja Tetap Semangat Membuat Bata Merah

Editor: Ferdinand Waskita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sulaeman (75), pengrajin bata merah di Desa Lampegan, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Rabu (6/12/2017).

TRIBUNNEWS.COM,BANDUNG - Di usia yang tidak lagi muda, Sulaeman (75) warga Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, tetap semangat mencari nafkah.

Setiap hari ia membuat bata merah di gubuk tua miliknya di pinggir Sungai Citarum di Jalan Sapan Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.

Sulaeman terlihat masih semangat merapikan bata merah yang baru saja dicetak.

Meski tubuhnya semakin membungkuk, kakek yang memiliki istri dan lima anak perempuan ini sangat cekatan mencetak satu persatu bata merah.

Baca: Kisah Uwa Bubur, Kakek Penjual Bubur yang Berjuang Biayai Kesembuhan Istri

Di dalam gubuk penyimpanan batu bata, Sulaeman pun bercerita bahwa saat ini bukanlah masa kejayaan bata merah.

Masyarakat saat ini beralih menggunakan bata batu ringan ketimbang bata merah untuk membangun rumah.

"Ayeuna mah abah seueur ngalamun (sekarang saya lebih banyak melamun)," kata Sulaeman kepada Tribun Jabar, Rabu (6/12/2017).

Di masa tuanya, Sulaeman hanya mampu memproduksi 100 buah bata merah per hari.

Menurut Sulaeman, ini dikarenakan bahan baku untuk membuat bata merah harganya kian melambung.

"Sekarang harga tanah merah Rp 450 ribu per baknya," kata Sulaeman sambil berjalan tertatih-tatih.

Baca: Ini Kata Dirut Transjakarta Soal Petugasnya Hentikan Mobil Dewi Perssik Masuk Busway

Meski terik matahari begitu menyengat, Sulaeman tetap mencetak satu persatu gundukan tanah tersebut
menjadi bata merah.

"Keun wae lah, rejeki mah aya nu ngatur (Tidak apa-apa, rezeki sudah ada yang ngatur)," ujarnya.

Sulaeman yang telah menggeluti profesi ini sejak tahun 70-an, mengaku kesulitan untuk mewariskan usaha ini kepada anak-anaknya.

Menurutnya, anak-anak dan menantunya lebih memilih bekerja sebagai buruh industri tekstil di wilayah Kecamatan Ciparay.

"Anak-anak abah semuanya perempuan dan suaminya tidak mau," kata Abah.

Sulaeman menjual bata merah seharga Rp 450 per buah.

Kakek ini menjual hasil produksinya itu kepada bandar, tak jauh dari tempat mencetak bata merah.

Selain gubuk milik Sulaeman, di sepanjang Jalan Sapan -Ciparay, ada sejumlah bangunan lainnya yang dijadikan tempat memproduksi bata merah. (Hakim Baihaqi)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jabar dengan judul: Percaya Rezeki Ada yang Mengatur, di Usia Senjanya Sulaeman Tetap Setia Membuat Bata Merah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini