Laporan Wartawan Tribun Kalteng Mustain Khaitami)
TRIBUNNEWS.COM, PALANGKARAYA - Himpitan ekonomi dan selama ini hanya menjadi orangtua tunggal, membuat Nur Rahman harus tega membiarkan putranya, Ervan terkurung di dalam rumah.
Padahal seorang anak bermain dan bersosialisasi dengan teman sebayanya, sangat diperlukan untuk perkembangan kejiwaan.
Selama sekitar dua tahun ini memang dikurung oleh ayahnya di sebuah ruangan dengan pagar kayu sebagai pembatas.
Di bagian tengah rumah sederhana yang berlokasi di Jalan Pinguin Raya VI Kelurahan Bukittunggal, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Nur Rahman membuat tempat khusus berukuran sekitar 2x3 meter bagi Ervan.
Itu dilakukan, karena alasan bocah berusia 12 tahun ini kerap mengamuk dan membanting-banting barang yang ada di dekatnya.
Baca: Pasangan Suami-istri di Palangkaraya Bisnis Narkoba
Mengapa ini bisa terjadi?
Pengakuan Nur Rahman, putra bungsunya ini pernah tercebur ke sungai di kawasan Mendawai Palangkaraya.
Ervan mengalami gangguan pendengaran dan komunikasi sehingga apa yang diinginkannya tidak bisa dipahami oleh keluarga.
Apalagi Ervan memiliki keterbelakangan mental, sehingga tindakan Nur Rahman untuk mengurungnya pun dilakukan demi tidak menimbulkan persoalan di rumah.
"Kegiatan sehari-hari cuma dihabiskan di tempatnya itu. Ervan memang tidak diperbolehkan keluar dari kandang," ujar Heri Fauzi, Lurah Bukittunggal, Palangkaraya kepada Tribunkalteng.com, Jumat (8/12/2017).