News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilgub Jawa Tengah

Sudirman Said Bisa Manfaatkan Celah Pasangan Ganjar-Gus Yasin

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ganjar Pranowo dan Taj Yasin Maemoen Zubaer (Gus Yasin) pertama kali bertemu sejak keluar keputusan DPP PDI Perjuangan merekomendasikan pasangan ini sebagai calon gubernur dan wakil gubernur di Pilgub Jawa Tengah 2018. Mereka berfoto di rumah dinas gubernur Jateng Puri Gedeh, Senin (8/1/2018). TRIBUN JATENG/M NUR HUDA

News Analysis oleh Yulianto, Pakar Politik Undip Semarang

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Keputusan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengusung Ganjar Pranowo-Taj Yasin dalam Pilgub Jateng 2018 merupakan tradisi baru.

Tradisi itu adalah partai terbuka dengan mengusung pluralisme politik, artinya meski bisa maju sendiri tapi mengakomodasi kekuatan politik di luar abangan, yakni dari kalangan santri.

Dengan pola Ganjar-Yasin, PDI Perjuangan mencoba meminimalisasi penolakan dari kalangan pemilih muslim atau santri, karena terdapat figur santri yang mewakili muslim.

Ini juga untuk mengantisipasi adanya politik bernuansa SARA, utamanya agar PDI Perjuangan tak terserang sebagai partai yang tidak mengakomodasi sosio politik Islam. Ini yang dominan.

Baca: Dua Partai Ini Bakal Dukung Pasangan Ganjar-Gus Yasin di Pilgub Jateng

Baca: Karisma Mbah Moen dan Restu untuk Ganjar-Gus Yasin

Baca: Sudirman Hanya Lewat Media, Ganjar Langsung Lobi Mbah Moen untuk Gus Yasin

Pada konteks penyusunan, penunjukan Ganjar-Yasin mengedepankan pragmatisme koalisi pragmatis. PDI Perjuangan meski bisa sendiri, pola itu terjadi di Sumut, yaitu cagub Djarot Saiful Hidayat hanya 16 kursi menggandeng PPP sebagai wakilnya.

Ini sekaligus menggabungkan dengan PPP di Jateng untuk maju bersama. Sehingga, PDI Perjuangan harus meluluhkan kebiasaan untuk maju secara mandiri dengan memgakomodasi kekuatan politik dari kalangan muslim. Sumut sama dengan Jateng.

Kalau dilihat dari idealitas, sebenarnya pasangan Ganjar-Yasin tidak dalam konteks pasangan ideal.

Ganjar sedang dirundung isu soal e-KTP, ini bisa jadi bagian dari kampanye politik nanti.

Kemudian Taj Yasin secara figur belum populer di Jateng, representasinya santri dan NU di Jateng belum maksimal, elektabilitasnya pun jika mengover se-Jateng belum dalam pola ideal, kecuali di pantura timur.

Ini butuh kerja keras bagi PDI Perjuangan dan PPP, serta partai pendukung lain, karena pola pasangan ini tidak dalam posisi ideal, atau biasa-biasa saja. Sebab yang satu elektabilitasnya pun dalam konteks dipertanyakan di Jateng.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini