TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim megungkap potensi aliran dana bandar narkoba ke calon kepala daerah di Jatim.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jatim, Brigjen Pol Bambang Budi Santoso menyebut tengah mewaspadai adanya dugaan aliran dana dari mafia narkoba untuk pendanaan Pilkada Serentak di Jatim.
Hal ini berdasarkan hasil pengembangan penangkapan bandar sabu seberat 7,3 kilogram di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya beberapa waktu lalu.
“Memang belum ada indikasi kuat. Namun, hasil dari penangkapan bandar narkoba beberapa waktu lalu itu sudah dilakukan penyitaan beberapa sumber dana dari intelekualnya," kata Bambang ketika ditemui di Surabaya.
"Namun belum bisa menyentuh kepada tersangka utamanya karena mempertimbangkan keamanan,” lanjutnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, BNNP telah berkerjasama dengan melibatkan tim dari Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU ) Mabes Polri.
“Kita masih menunggu dan mudah-mudahan bisa diungkap serta dipastikan siapa saja aktor intelektualnya,” jelasnya.
Bahkan utnuk mengetahui detail aliran dana tersebut, pihaknya juga berkerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan.
"Melalui data di OJK ternyata ada aliran-aliran yang notabene pengiriman narkotika untuk dimasukkan ke wilayah Jawa Timur," ungkap Bambang di Surabaya.
Apalagi, Jatim menjadi daerah yang menempati peringkat kedua dengan peredaran narkotika paling tinggi secara nasional.
"Mudah-mudahan kita pengembangan yang kami lakukan terus-menerus, bisa menekan angka peredaran narkotika di sini," kata Bambang.
Bambang tak memungkiri, bahwa untuk melakukan hal tersebut, pihaknya tak mungkin bisa melakukan sendiri.
Apalagi, hal tersebut juga akan masuk lingkup penyelenggaraan pilkada.
"Kami berharap untuk tidak mengutamakan ego sektoral. Dengan bersama-sama kita singsingkan maju sebagaimana apa yang dikatakan oleh Bapak Presiden. Kini, sudah saatnya perang terhadap narkotika bukan darurat lagi," jelasnya,
"Kami minta untuk bersinergi memerangi narkotika dengan cara masing-masing," jelasnya.
Di Jatim, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan laporan dari masyarakat tentang adanya hal tersebut.
Meskipun demikian, pihaknya tetap terbuka untuk menerima setiap aduan.
"Kami tetap waspada. Sebab, bagaimana pun potensi itu tetap ada. Apalagi, di Jatim ini potensi akan hal itu sangat besar," pungkasnya.