Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG- Sejumlah penyair dan sastrawan dari seluruh Jawa Barat membuat deklarasi penolakan terhadap program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional, yang digagas oleh salah satu pemilik lembaga survei Denny Januar Ali (Denny JA).
Penolakan tersebut dilakukan lantaran program puisi dinilai telah membuat penggelapan sejarah, pembodohan, dan segala praktik manipulatif lain dalam kesusastraan Indonesia.
Usai melakukan diskusi yang tentang sastra di Jawa Barat, deklarasi tersebut dibacakan secara serentak oleh empat orang dihadapan sekira puluhan orang.
Salah satu pendiri Majelis Sastra Bandung, Matdon, menolak gerakan puisi esai yang dipelopori oleh Denny JA bersama dengan seluruh penyair yang berada di Jawa Barat.
"Kami para penyair Jawa Barat dengan ini menyampaikan menolak dengan tegas gerakan puisi esai Denny JA yang dengan kekuasaannya telah membeli sejarah sastra Indonesia ke dalam nafsu serakah pribadinya," ujar Matdon kepada Tribun Jabar, di Jalan Padasuka 143-145, Kota Bandung.
Matdon menuturkan, Denny JA telah membayar uang sebanyak Rp. 5.000.000 per satu orang puisi dengan total 170 penyair.
"Bayangkan ada Rp. 850 juta dan mau disebutkan sebagai tokoh. Meminta Denny JA agar menghentikan semua gerakan yang berbau uang karena sastra itu suci dan tidak bisa dikotori dengan setumpuk uang," kata dia.
Ia pun mendukung pertobatan kepada semua yang terlibat dalam proyek buku tersebut dan menuntut Denny JA agar meminta maaf baik secara lisan maupun tulisan kepada seluruh rakyat dan sastrawan di seluruh Indonesia.