TRIBUNNEWS.COM, LINGGA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Jenderal (Purn) Moeldoko dan Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman dijadwalkan menghadiri acara pencanangan gerakan percepatan panen raya dan tanam serentak padi dan jagung di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, 15 Februari 2018 mendatang.
"Insya Allah, pak KSP dan Mentan dijadwalkan hadir. Mudah-mudahan waktunya tidak berbenturan dengan kegiatan kenegaraan yang sangat mendesak," ungkap Bupati Lingga, Alias Wello, Rabu (31/1/2018).
Menurut Wello, gerakan percepatan panen dan tanam serentak padi dan jagung di atas lahan seluas 1.800 Ha itu, melibatkan ribuan orang dari kelompok tani, TNI/Polri, ASN, OKP, Ormas dan Pelajar/mahasiswa.
Mereka diagendakan melakukan penanaman serentak di tujuh lokasi sawah yang tersebar di Pulau Singkep dan Lingga.
"Alhamdulillah, STPP Malang sudah konfirmasi mengirim mahasiswa PKL sebanyak 200 orang dan dosen pembimbing sebanyak 52 orang, STPP Bogor dan Medan masing-masing mengirim mahasiswa sebanyak 25 orang. Kemudian, mahasiswa D1 IPB Sub Kampus Lingga sebanyak 105 orang," kata Wello.
Mantan Ketua DPRD Lingga yang akrab disapa Awe ini, berharap gerakan percepatan panen dan tanam serentak yang digagasnya itu, mampu memberi energi baru bagi kebangkitan sektor pertanian. Khususnya di bumi Bunda Tanah Melayu menuju Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor (LPBE) di wilayah perbatasan.
"Ini adalah momentum untuk membuktikan bahwa Lingga yang selama ini dikenal sebagai daerah kepulauan dengan kultur masyarakatnya sebagai nelayan, mampu bangkit dan menjadi daerah penyangga kebutuhan pangan di wilayah perbatasan. Jadi, kita tidak lagi bergantung pada pasokan pangan impor," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Lingga memiliki 604 pulau besar dan kecil dengan jumlah penduduk sekitar 102 ribu jiwa. Sebagian besar wilayahnya atau sekitar 95 persen adalah lautan. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.
Sejak masa kejayaan Kerajaan Riau Lingga - Johor - Pahang pada abad ke-18, sektor pertanian, khususnya budidaya padi dianggap mitos di Lingga.
Namun, di era kepemimpinan Bupati Lingga, Alias Wello yang dilantik 17 Februari 2016 lalu, sektor pertanian menjadi program unggulan daerah.
KSP Moeldoko melihat, di awal pemerintahan Alias Wello sebagai Bupati Lingga, pihaknya membuat kebijakan “asing” bagi masyarakat Lingga. Yaitu dengan mecetak sawah.
Sawah yang tidak familier bagi masyarakat, karena selama ini mata pencarian masyarakat lebih fominan di sektor perikanan dan perkebunan. Tak tanggung-tanggung, Bupati memulainya dengan biaya pribadi, walaupun ditengah jalan “pilot proyek sawahnya” mengalami kendala kelangkaan pupuk sehingga beberapa hektar harus difusokan untuk mendapatkan hasil yang baik.
"Saya melihat, di tengah tengah defisit yang tengah melanda secara nasional (termasuk Kabupaten Lingga), seorang Alias Wello yang menjabat sebagai Bupati Lingga berfikir bagaimana membangun Lingga tanpa menggunakan APBD yang lagi defisit?" kata Moeldoko.
Sektor yang bisa didukung untuk memakai dana pusat adalah di sektor pertanian karena pemerintah sedang berusaha untuk swasembada pangan. Dan pilihan beras sebagai “alat tawar” sementara ini telah menunjukan “keberhasilan diplomasi” seorang Alias Wello dengan kedatangan Menteri Pertanian ke Kabupaten Lingga untuk menyaksikan langsung lahan persawahan yang sudah panen perdana (walaupun hanya sebagai panen sawah percontohan).
Dengan akan diceraknya sawah baru seluas 2000 hektar pada tahun ini dan 2000 hektar pada tahun mendatang, Kabupaten Lingga berhasil membangun di sektor pertanian (sawah) dengan menggunakan dana dari langsung Kementerian Pertanian (tidak dengan dana APBD).
Langkah awal seorang Alias Wello saat ini bisa dikatakan berhasil “mencuri” perhatian dari banyak kalangan pemerintahan, mulai dari Kabupaten / Kota, Provinsi Kepri, hingga Pemerintah Pusat sehingga masuk dalam rencana pembangunan nasional di sektor pertanian.
Atas karyanya yang luar biasa, bahkan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menganugerahkan HKTI Award 2017 kepada Bupati Lingga, Alias Wello.
"Semoga para pemimpin daerah yang ada di perbatasan Indonesia sama pedulinya dengan sektor pertanian seperti Pak Wello. Karena kekuatan pangan di perbatasan termasuk upaya ketahanan NKRI juga," jelas Moeldoko.