TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Orangtua Suliono (22), pelaku penyerangan Gereja St Lidwina, Gedog, Sleman, Yogyakarta, tinggal di Dusun Krajan, RT 2/RW 1, Desa Kandangan, Pesanggaran, Banyuwangi, Mistaji, ayah Suliono mengaku mengetahui tindakan anaknya setelah diberitahu oleh warga.
"Saya sudah tahu. Dikasih tahu dari perangkat desa sama tokoh masyarakat di sini," kata Mistaji, ayah Suliono, pada wartawan, Minggu (11/2/2018).
Mistaji mengatakan, sebelum melakukan penyerangan, Sabtu (10/2/2018), Suliono sempat menelepon keluarga untuk bertanya kabar.
Baca: Potret Penyanyi Dangdut di Banua, Kawin Cerai, Ada yang Suaminya Hiperseks
Saat ditelepon anaknya, Mistaji berusaha untuk membujuknya agar pulang ke Banyuwangi.
"Saya sempat minta dia untuk pulang. Tapi dia tidak mau," kata Mistaji.
Mistaji sempat meminta agar Suliono menikah, dan tinggal di Banyuwangi. Namun permintaan itu ditolak.
"Saya sempat suruh dia pulang ke Banyuwangi dan menikah. Tapi dia tidak mau. Malah dijawab ingin menikah dengan bidadari," katanya.
Menurut Mistaji, anaknya itu masih belum bisa pulang karena ingin menyelesaikan Khataman Al Quran di pondok pesantren.
Pria yang bekerja sebagai petani itu tidak menyangka anaknya melakukan penyerangan di gereja. Mistaji mengenal Suliono sebagai anak yang pendiam dan baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan pada anaknya itu.
"Saya Kaget. Sekarang saya bingung. Saya hanya bisa pasrah. Semoga terjadi apa-apa," katanya.
Mistaji memiliki empat orang anak. Namun keempat anaknya itu, saat ini tidak ada yang tinggal bersamanya.
Anak pertama dan kedua, kini tinggal di Papua dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan anak bungsunya kini mondok di Kecamatan Genteng Banyuwangi. Setelah lulus SMP, Suliono sempat tinggal dan sekolah di Sulawesi, ikut kakaknya. Namun setelah itu, Suliono, memilih untuk kuliah dan mondok di Magelang.
Saat ini Mistaji tinggal bersama istrinya, Edi Susiah (54). Dusun Krajan terletak sekitar tiga jam perjalanan dari Kota Banyuwangi.
Rumah Mistaji terlihat sederhana, berdinding anyaman bambu dan beralaskan tanah. (Haorrahman)