Wahyu, pria yang mengaku anak dari Emen membenarkan peristiwa itu.
Namun, ia menepis berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi di sana diakibatkan arwah Emen yang gentayangan.
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu yang juga berprofesi sebagai sopir angkot di daerah Lembang.
“Waktu itu saya berusia kira-kira 8 tahun. Bapak saya memang sopir oplet Subang–Bandung, ketika itu kemungkinan remnya blong, kemudian opletnya nabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Seingat saya cuma 2 orang yang selamat waktu itu,” lanjutnya.
Setelah wafat di Rumah Sakit kemudian jenazah Emen dimakamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.
Di balik mitos yang berseliweran itu, kenyataannya kalau kondisi Tanjakan Emen memang rawan terjadi kecelakaan.
Kondisi tanjakan emen sepanjang 2-3 km ini sangatlah ekstrim, memiliki kemiringan 40-50 derajat dan memiliki tikungan – tikungan tajam, hal ini tentunya akan menyulitkan bagi yang kurang piawai memegang kemudi.
Untuk itu, sebaiknya setiap pengendara yang melintas harus ekstra hati-hati dan jangan lupa berdoa di sepanjang perjalanan.
Penulis: Yudhi Maulana Aditama
Berita ini sudah dimuat di Tribunnewsbogor.com dengan judul: Asal-Usul Nama Tanjakan Emen, Ini Tiga Versi Kisahnya, Benarkah Harus Melempar Rokok di Lokasi ?