TRIBUNNEWS.COM, MAGETAN - Sebanyak 37 penerbang tempur dan tehnisi pesawat tempur Lanud Iswahjudi, Maospati, Magetan, Jawa Timur, yang melakukan inject (keluar pesawat dengan kursi lontar) karena pesawatnya tertembak musuh, terombang ambing ombak Telaga Sarangan, Plaosan, Magetan untuk mencoba bertahan hidup.
Puluhan penerbang dan tujuh tehnisi pesawat tempur itu sudah terapung apung di Telaga Sarangan sejak dini hari dan baru dilakukan penyelamatan menjelang siang, oleh pesawat helicopter puma milik TNI AU.
Penyelamatan puluhan penerbang tempur itu cukup menegangkan, karena cuaca di sekitar Telaga Sarangan yang berkabut dan angin yang cukup kencang, menyulitkan helicopter mengambil posisi aman untuk menyelamatkan para penerbang yang kondisinya sudah sangat kelelahan itu.
"Ini baru latihan survival tingkat dasar yang masuk program kerja Lanud Iswahjudi 2018. Latihan ini untuk air crew dan ground crew. Setelah ini akan ada latihan yang lebih berat lagi, yaitu combat survival di level Koops AU," jelas Komandan Lanud Iswahjudi, Maospati, Magetan, Marsekal Pertama (Marsma) Samsul Rizal kepada Surya, di Sarangan, seusai menutup Survival Dasar, Kamis (15/2/2018
Setelah latihan dasar, lanjut Marsama Samsul Rizal, dan combat survival, yang merupakan latihan gabungan dari Lanud-Lanud di jajaran Kaops AU II, waktunya lebih lama, dan tantangan lebih berat seperti kondisi di medan tempur yang sesungguhnya.
"Dalam latihan survival dasar ini personil TNI AU Lanud Iswahjudi yang terlibat sebagai pendukung total ada 230 personil dan penerbang yang terlibat ada 44 pilot," ujar Marsma Samsul Rizal.
Latihan survival dasar ini selain menggunakan peledak jenis TNT juga tembakan dari senapan mesin dan otomatis yang ditembakan dari tepian Telaga Sarangan.
Selain TNT dan tembakan, juga menggunakan granat tangan, sehingga situasi latihan itu bagai dalam perang yang sesungguhnya.
"Tujuan dari latihan survival ini melatih penerbang bertahan hidup, saat melakukan inject saat6 operasi penerbangan dalam pertempuran dan pesawatnya tertembak, jatuh di area musuh. Dalam kondisi seperti itu, bagaimana penerbang tempur ini bisa bertahan hidup tanpa fasilitas,"tutur Komandan Lanud Iswahjudi Samsul Rizal.
Baca: 5 Fakta Penggunaan Narkoba Roro Fitria, dari Nominal Harga Sampai Hura-hura Malam Valentine
Telaga Sarangan ini dipilih karena memiliki karakteristik yang ideal untuk latihan survival dasar, dan Telaga Sarangan ini yang paling memungkinkan.
"Dalam latihan survival dasar ada dua, yaitu di air dan jungle (hutan) yang seluruhnya bisa dilakukan di daerah Sarangan ini, termasuk hutan Gunung Lawu,"kata Marsma Samsul Rizal seraya mengatakan, ke-37 penerbang pesawat tempur dan tehnisi ini sudah delapan hari berada di area Gunung Lawu. (Doni Prasetyo).