TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Sebagian bidang jalan Daendels atau Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah Desa Palihan dan Glagah yang masuk dalam cakupan IPL pembangunan NYIA di Temon bakal segera ditutup.
Hal ini menyusul semakin masifnya pekerjaan pembangunan fisik bandara tersebut.
Sultan menyebut ada sekitar 700 meter bidang jalan tersebut yang turut terdampak pembangunan.
Selanjutnya, badan jalan akan dibuat menjadi underpass di bawah area terminal penumpang.
Atas hal ini, warga dari kelompok penolak bandara mengaku tak peduli dan sama sekali tak memusingkannya.
Meski mereka masih bertahan tingal di lahan masing-masing yang juga terdapat di dalam area IPL, para warga itu mengaku penutupan jalan itu tak membuat mereka kehilangan ruang gerak.
"Kami masih tetap leluasa dan banyak jalan yang bisa dilalui. Kami mau ke sawah dan tegalan pun tetap ada jalan. Kalau itu jalan umum kenapa kok mau ditutup? Apa masalahnya?," kata seorang warga penolak dari Bapangan, Desa Glagah, Tuginah.
Ia menegaskan saat ini tinggal di lahan sendiri yang merupakan warisan dari orangtuanya dan akan dipertahankannya sampai kapanpun.
Tuginah merasa tidak ada alasan kuat bagi pihak tertentu untuk merampas tanahnya itu.
Sekalipun pemrakarsa pembangunan bandara memberikan surat perintah pengosongan lahan, ia menyatakan tidak akan pernah meninggalkan tanah tersebut.
"Kenapa kami harus menyerah? Buat apa? Kami di tanah sendiri, bukan merampas tanah orang," kata Tuginah.
Pendapat serupa juga disampaikan warga lainnya dari Sidorejo, Desa Glagah, Sutrisno.
Meski tinggal di luar pagar lahan bandara, ia memiliki tanah tegalan yang turut terdampak karena berada di dalam area proyek tersebut.
Dirinya tegas menyatakan menolak lahannya diakuisisi untuk pembangunan bandara.
Ia pun mengaku tak peduli dengan rencana penutupan jalan Daendels dan mengatakan masih banyak jalan terobosan yang bisa dilaluinya untuk menuju ladang.(*)