TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Mus Mulyadi (42), warga Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, adalah satu dari puluhan petani yang rutin mencari jernang dalam hutan belantara sejak 2012.
Kendati penuh risiko karena sering berhadapan dengan binatang buas, tapi Mus Mulyadi sampai kini masih terus mencari jernang.
Ini dilakukan karena hasil mencari jernang mampu menafkahi keluarganya.
Selain itu, tak ada sumber pendapatan lain yang harus ditekuni Mus Mulyadi.
Awalnya ia mengaku hanya mendengar saja tentang jernang.
Lalu pada suatu hari ia meminta bergabung dengan sekelompok warga yang setiap dua kali sebulan mencari jernang ke hutan.
Namun, di lain waktu, Mulyadi memberanikan diri bersolo karier.
Baca: Seratusan Warga Banjar Mudita Dirawat saat Nyepi, Diduga Keracunan Nasi Bungkus
"Tidak ada pekerjaan lain di gampong yang bisa menghasilkan. Sehingga meskipun sendiri ya harus memberanikan diri," ujar ayah dua anak itu kepada Serambi, kemarin.
Untuk sampai ke hutan yang ditumbuhi jernang, membutuhkan waktu sehari berjalan kaki.
Sehingga harus membawa bekal berupa beras, air, periuk, dan kebutuhan lain untuk memasak.
"Kalau ikan bisa kami dapatkan dengan mencari di sungai, dengan memancing atau menjala," katanya.
Biasanya kalau berangkat pagi, sore baru sampai ke kawasan hutan yang ada jernang.
Setelah menginap semalam, esoknya baru mencari target.