Laporan Wartawan Tribun Jateng, Budi Susanto
TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Gunungan nasi megono diarak dalam acara peringatan Hari Jadi Kota Pekalongan ke-112.
Gunungan tersebut dibawa oleh beberapa orang berseragam hitam dipadu sarung batik.
Ribuan masyarakat yang tengah menunggu langsung menyerbu gunungan tersebut usai dibawa ke tengah Lapangan Jatayu Kota Pekalongan, Minggu (1/4/2018).
Satu gunungan berisi buah yang ikut dibawa mendampingi gunungan nasi megono ikut habis diserbu masyarakat.
Walaupun saling dorong dan banyak yang terjatuh saat berebut gunungan, namun tidak tampak wajah masyarakat mengerutkan dahi.
Saling melempar senyum dan membantu saat ada yang terjatuh baik wanita, pria dan anak-anak dalam merebutkan susunan nasi setinggi hampir 2 meter tersebut.
Tak hanya satu bungkus nasi megono, bahkan banyak yang mendapatkan satu plastik.
Tak terkecuali Alfin Bahri (10), bocah kecil tersebut berjibaku dan dihimpit oleh orang yang lebih besar untuk mendapatkan nasi megono.
"Senang bisa ikut memperebutkan nasi megono, walaupun sampai berkeringat dan kehilangan satu sandal tapi senang," ujar bocah tersebut.
Sementara itu Sri Rejeki yang membawa anak-anaknya menganggap gunungan nasi megono merupakan berkah yang diperebutkan masyarakat.
"Alhamdulliah saya dapat banyak, ramai sekali, nanti saya bawa pulang untuk dimakan," paparnya.
Adapun Walikota Pekalongan Saelany Mahfudz menerangkan kirab budaya tersebut membuktikan Kota Pekalongan bisa menjaga budaya.
"Kami berharap kedepanya Kota Pekalongan bisa lebih mandiri dan menjaga budaya yang ada, termasuk kegiatan kirab ataupun batik," imbuhnya.
Ia menjelaskan dalam acara yang dihadiri oleh 60 grup kesenian dari dinas, sekolah dan komunitas tersebu juga sebagai ajang peresmian busana sarung batik yang akan dipakai oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk melayani masyarakat.
"Nantinya Sarung Batik akan dipakai oleh ASN sebulan sekali, tepatnya hari Jumat minggu terakhir," katanya.(*)