Mobil pikap yang dijadikan armada pengangkut sampah mulai kewalahan melayani warga.
“Awal tahun 2017 kami menjual pikap, terus kami kredit mobil truk engkel. Harganya waktu itu Rp 60 juta,” ungkap Trisih.
Saat ini pelanggan jasa pembuangan sampah ini mencapai 250. Untuk biaya operasional, Trisih dan Kukuh mengenakan biaya iuran Rp 10.000 per bulan.
Biaya iuran itu digunakan untuk angsuran truk pengangkut sampah, sekaligus biaya operasional.
Kini mobil truk engkel ini pun mulai kewalahan. Rencananya lima tahun lagi angsuran truk ini akan lunas, dan akan ditukar dengan truk roda dobel.
Dengan demikian daya angkut lebih besar dan mempersingkat waktu kerja.
Lepas Dinas
Aiptu Trisih Setyono saat ini menjabat sebagai Kepala sentra pelayanan kepolisian terpadu (KSPKT) Polsek Gondang.
Meski demikian Trisih mengaku tidak risih menjadi pembuang sampah mandiri. Ayah dua anak ini mengaku kerap mendapat cemooh dari kerabat.
Trisih dianggap merendahkan derajat sebagai anggota polisi. Apalagi istrinya seorang PNS, dan anak sulungnya anggota TNI. Namun Trisih mengaku tidak peduli, dan tetap fokus pada pekerjaannya.
Pekerjaan membuang sampah ini dilakukan saat lepas dinas, sehingga tidak mengganggu pekerjaan utamanya sebagai polisi.
Jika sedang berhalangan karena tugas, Kukuh yang akan bekerja sendirian.
“Kadang kalau Pak Kukuh tidak bisa bekerja (mengangkut sampah), saya sendiri yang berangkat. Begitu juga sebaliknya,” ucapnya.
Hasil kerja Trisih pun bisa dirasakan warga. Mereka yang tidak punya tempat pembuangan sampah di pekarangannya, kini tidak perlu bingung.
Sampah yang sebelumnya kerap berceceran dan dibuang sembarangan, kini mulai bisa dikendalikan.