TRIBUNNEWS.COM - "Kami minta maaf sebesar-besarnya pada Gus Mus dan keluarga besar NU karena puisi yang dibacakan Pak Ganjar ternyata puisi Gus Mus," kata Ketua Umum Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Rahmat Himran.
Permohonan maaf itu disampaikan Rahmat dalam konferensi pers di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Selasa (10/4).
Dia mohon maaf kepada tokoh NU KH Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus atas puisi yang dibacakan Ganjar Pranowo.
Baca: 19 Menit Persija Jakarta Unggul 3 Gol Tanpa Balas Berkat Super Simic
Rahmat mengatakan awalnya pihak FUIB berencana melaporkan Ganjar atas puisi yang dibacakan dalam acara di salah satu stasiun televisi ke Bareskrim Mabes Polri.
Puisi tersebut dianggap menistakan agama karena menyebut Tuhan lebih dekat tapi masih sering dipanggil dengan pengeras suara.
Namun setelah ditelusuri puisi itu ternyata karangan Gus Mus.
"Kami kemudian menyimpulkan bahwa kami keliru menyampaikan persoalan ini," katanya.
Ia pun menampik batalnya pelaporan ke Bareskrim lantaran kuasa hukum Ganjar telah melaporkannya lebih dulu ke Polda Jateng, kemarin, Senin (9/4).
Rahmat menegaskan pembatalan laporan itu semata karena puisi itu karangan Gus Mus yang termasuk ulama senior dan merupakan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
"Mereka laporkan kami no problem. Saya selaku ketua umum FUIB bertanggung jawab, karena yang perlu digarisbawahi itu puisi Gus Mus," ucapnya.
Rahmat membandingkan dengan puisi Sukmawati Sukarnoputri tentang azan dan cadar yang juga sempat menimbulkan polemik.
Menurutnya, puisi karangan Gus Mus tak secara gamblang menyinggung soal azan bagi umat Islam.
Di sisi lain, ia juga khawatir rencana pelaporan ke Bareskrim justru dimanfaatkan pihak-pihak tak bertanggung jawab.
"Kami evaluasi ternyata muatan politisnya sangat tinggi karena Pak Ganjar masih cagub, karena itu kami tidak mau ditunggangi lawan politik Pak Ganjar," tutur Rahmat.
Lebih lanjut, Rahmat mengaku siap ditemukan dengan Gus Mus untuk menyampaikan permohonan maaf secara langsung.
"Nanti kami tunggu senior-senior (FUIB) dulu, secepatnya bisa (diatur pertemuan) untuk menyampaikan permohonan maaf secara langsung," imbuhnya.
Puisi bertajuk 'Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana' yang dibacakan Ganjar sebelumnya menuai kontroversi. Puisi itu diketahui merupakan karya Gus Mus pada tahun 1987.
Puisi itu pada zaman orde baru kerap menjadi inspirasi pergerakan dan demonstrasi terhadap pemerintahan era Soeharto.
Puisi itu kemudian dibacakan Ganjar saat diundang mengisi acara di salah satu stasiun televisi swasta dengan iringan lagu Lir Ilir yang dinyanyikan pasangannya dalam pilgub Jateng, Taj Yasin. (cnn)