Laporan Reporter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Amirudin alias Senin (71) meninggal dunia dengan cara yang tak wajar.
Sang anak yang setiap hari merawatnya tidak menyadari jika ayahnya tewas terpanggang di kamarnya sendiri yang berukuran 3x3 meter persegi.
Pria yang biasa disapa Abah Amir ini menjadi korban dalam kebakaran di kontrakan yang terletak di Jalan Mata Air No 21 RT 06 LK II Dusun Kebun Jeruk, Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, Rabu 18 April 2018 malam.
Harianto (47), anak kandung korban, mengaku tidak ada firasat apa pun saat itu.
"Tidak ada. Semua baik-baik saja. Tapi, memang beliau berwasiat jika berpulang ia ingin disemayamkan di dekat ibu," kenang Hari saat ditemui di rumah kontrakannya, Kamis, 19 April 2018.
Hari menjelaskan, karena sang ayah menderita stroke, dialah merawatnya.
Baca: Ruhut Sitompul: Awas Kena Stroke, Nanti Rakyat Indonesia Kehilangan Badut-badut Politik
"Ayah saya stroke sudah tiga bulan ini. Jadi gak bisa apa-apa. Cuma tangan kirinya yang berfungsi. Itu pun hanya beberapa jari. Jadi dia kalau mau apa-apa membutuhkan bantuan. Tapi, dengan isyarat. Susah juga bicara karena stroke," tuturnya.
Hari menceritakan kisah sebelum kebakaran merenggut nyawa ayahnya.
Seperti biasa, pagi itu sebelum berangkat bekerja, Hari memandikan, menyuapi, dan membersihkan kamar ayahnya.
"Pagi kayak gitu, saya bersihkan. Ya maaf, buat berak kencing juga di kamar. Jadi tiap hari saya pel kamar itu biar gak bau. Makan saya suapin. Jadi pagi, siang, sore, saya sempatkan pulang. Kalau kerja saya buruh bangunan," kata Hari sembari menatap langit-langit.
Sore itu, Hari pulang agak telat. Padahal, pukul 17.00 WIB adalah waktu ayahnya makan.
"Ya sedikit telat, ya lebih 10 menit. Saya bergegas pulang dan merawat ayah seperti biasa. Tapi, memang dia sedang lapar," jelas Hari.
Namun, beberapa jam sebelum peristiwa tragis itu, Hari menyempatkan diri berfoto bersama sang ayah dengan menggunakan ponsel.
"Ya saya foto-foto, saya video. Sebelum saya menyusul ke warung pecel lele istri saya di Gang Beruang Ratulangi. Jadi memang ayah ini sering saya tinggal. Tapi, pintu kamarnya gak pernah dikunci. Paling cuma saya buka sedikit," beber Hari.
Sekitar pukul 19.10 WIB, Hari pun bergegas pergi menuju warung pecel lele miliknya.
"Sebelum pergi, saya cium kening dan pipi ayah. Kemudian saya sedikit buka pintu dan kunci pintu depan," ucapnya.
Pada 22.00 WIB, Hari dan istrinya, Nunung, pulang. Namun, mereka kaget begitu melihat rumahnya sudah ramai.