TRIBUNNEWS.COM, ACEH TIMUR - Sumur minyak yang dibor secara tradisional oleh masyarakat Dusun Bhakti, Gampong Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, meledak dan terbakar, Rabu (25/4) dini hari.
Hingga tadi malam 19 orang dilaporkan meninggal dan 44 lainnya luka bakar.
Baca: Ledakan Sumur Minyak Diduga Dipicu Pengelasan di Sekitar Lokasi
Camat Ranto Peureulak, Saiful kepada Serambi mengatakan, sumur minyak yang dibor secara tradisional itu berlokasi di lahan milik Zainabah. Rumah Zainabah sendiri berjarak sekitar 10 meter dari titik pengeboran.
Pada dini hari itu, dari titik pengeboran menyembur minyak dan gas dan mengalir di sekitar sumur.
Warga pun berdatangan sambil membawa ember untuk mengumpulkan tumpahan minyak yang juga mengalir mengikuti parit sepanjang lebih kurang 500 meter.
Tiba-tiba, kata Camat Ranto Peureulak, sekitar pukul 01.30 WIB, terjadi ledakan dan semburan api dari sumur minyak. Warga yang sedang mengumpulkan minyak menjadi korban kebakaran. Jerit kesakitan memecah kesunyian dini hari itu.
Seorang warga, Fuad Mukhlis (30) kepada Serambi mengatakan, pada Selasa malam itu ia mengebor pada jarak sekitar 700 meter dari lokasi kejadian.
Sekitar pukul 01.30 WIB, Fuad dan kawan-kawannya mendengar ledakan sebanyak dua kali. "Langit tampak terang dengan api membumbung ke angkasa," kata Fuad.
Pascaledakan, kata Fuad, ia dan warga lainnya langsung ke lokasi untuk memastikan apa yang terjadi.
Saat itulah terlihat pemandangan mengerikan orang-orang menjerit kesakitan dengan kondisi tubuh terbakar. Api menjalar cepat mengikuti aliran minyak termasuk dalam parit. Sejumlah rumah juga terbakar.
"Kami melihat banyak korban terbakar menyelamatkan diri dengan menceburkan diri ke kolam dan lumpur. Tak sedikit pula yang berlarian ke jalan Peureulak‑Lokop dengan kondisi tubuh terbakar sambil meminta tolong," ungkap Fuad.
Masyarakat tak bisa berbuat banyak untuk membantu karena api begitu dahsyat. Apalagi pakaian yang melekat di tubuh korban rata-rata sudah basah dengan minyak.
19 meninggal
Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBA menginformasikan, hingga pukul 23.25 WIB, Rabu (25/4), jumlah korban meninggal akibat kebakaran sumur minyak Ranto Peurelak mencapai 19 orang. Sedangkan korban luka-luka sebanyak 44 orang, lima rumah terbakar.
Rumah terbakar tercatat masing-masing milik Siti Hafizah (70), Zainabah (85), Ridwan Hutabarat (40), Maryani (60), dan Muhammad Yanis (45). Jumlah pengungsi mencapai 55 KK atau sekitar 198 jiwa.
Korban luka-luka dirawat di sejumlah rumah sakit, yaitu RS Graha Bunda, Idi Rayeuk (5 orang), RS Zubir Mahmud, Idi Rayeuk (18 orang), RS Sultan Abdul Aziz, Peureulak (18 orang). Sedangkan yang harus dirujuk ke RSUZA dilaporkan sebanyak tiga orang dengan kondisi luka bakar kritis.
"Ya, ada tiga orang dirawat di RSUZA dalam keadaan kritis," kata Kalak BPBA, Teuku Ahmad Dadek yang dihubungi Serambi pukul 01.05 WIB, Kamis dini hari. Tadi malam, Kalak BPBA bersama Kadis Sosial Aceh, Alhudri berangkat ke Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Tekanan sangat tinggi
Pada Rabu kemarin, Bupati Aceh Timur H hasballah bin HM Thaib dan Wakil Bupati Syahrul bin Syamaun bersama Dandim, dan Kapolres bertemu dengan pihak PT Pertamina, PT Medco E&P Malaka, dan KSO Aceh Timur PT Kawai Energi membahas penanganan lebih lanjut terkait sumur minyak yang terbakar.
Field Manager KSO Aceh Timur PT Kawai Energi, Robert kepada wartawan mengatakan sebelum melakukan upaya penanganan lebih lanjut, saat ini pihaknya (tim teknik) sedang memantau perkembangan tekanan gas yang keluar dari sumur minyak tersebut.
"Untuk sementara ini masyarakat akan kita evakuasi dengan jarak sekitar 200 meter dari titik sumur terbakar, sambil kita amati tekanan gas yang keluar," kata Robert.
Robert mengaku pihaknya belum mengetahui casing pipa yang digunakan untuk pengeboran minyak secara ilegal tersebut.
"Sumur ini dibor secara ilegal sehingga kita tidak tahu casing berapa inci yang digunakan untuk pengeboran," jelas Robert.
Saat Ini, lanjut Robert sumur mengeluarkan gas, minyak, dan air dengan tekanan yang sangat tinggi.
Robert mengatakan di Kecamatan Ranto Peureulak ada sekitar 16 sumur yang diserahkan PT Pertamina kepada KSO Aceh Timur (PT Kawai Energi) untuk dikelola. Saat ini pihaknya sedang melakukan persiapan untuk mengerjakan sumur‑sumur yang telah diserahkan itu.
Humas PT Pertamina, Fandi mengatakan, sumur minyak yang terbakar tidak ada kaitan dengan PT Pertamina, karena yang dibor dan dikelola secara tradisional itu di lahan milik masyarakat. "Kita hanya membantu memadamkan api sesuai permintaan Pemkab Aceh Timur," demikian Fandi.(c49/nas)