TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri, Brigjen Pol M Iqbal mengatakan, pihak Kepolisian masih mengidentifikasi korban.
Informasi resmi dari Kepolisian, ada sebanyak 41 korban luka dilarikan ke RSUD Dr Soetomo, dan 11 orang meninggal akibat ledakan bom bunuh diri di tiga lokasi, Minggu (13/5/2018).
Namun Kepolisian Jawa Timur belum dapat membeberkan identitas korban ledakan bom bunuh diri yang terjadi di tiga lokasi di Surabaya.
Lokasi tersebut di antaranya Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno.
"Sudah teridentifikasi dan ada juga yang belum banyak yang belum terkoneksi pada e-KTP, tetapi kita terus bekerja. Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan kerja sama dengan Polda Jawa Timur dan Polrestabes Surabaya," kata Brigjen Pol M Iqbal di sekitar Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Ditambahkan Iqbal, sejak tadi pagi pihak keamanan telah menyisir tiga lokasi kejadian.
Sebelumnya ditemukan bom yang masih aktif.
"Ada dugaan beberapa yang masih aktif, saat ini Tim Gegana melakukan penjinakan," kata Brigjen Pol M Iqbal.
Ditanya hubungan dengan kerusuhan Mako Brimob di Depok, Brigjen Pol M Iqbal mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan.
"Kita akan terus menyelidiki hal ini," tutup Iqbal.
Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar 40 menit, Kapolri Jenderal Tito Karnavian didampingi Kepolisian setempat mendatangi lokasi kejadian di sekitar Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Pengakuan eks Jamaah Islamiyah
Insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya menjadi perhatian banyak kalangan.
Bahkan ada yang meyakini sebagai aksi balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob Jakarta.
Barangkali orang awam pun akan berpikir bahwa bom gereja di Surabaya pagi tadi itu linier dengan peristiwa antara napiter dengan polisi di Mako Brimob, Rabu kemarin.
Lalau bagaimana dengan analisa Ali Fauzi, sang mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) yang juga adik kandung sang Trio Bomber Bali.
Ditemui Tribunjatim.com Minggu (13/5) siang ini, Manzi, panggilan lapangan Ali Fauzi saat di medan tempur mengungkapkan, bahwa insiden bom meledak di tiga gereja di Surabaya itu adalah bagian dari balas dendam terkait dengan peristiwa di Mako Brimob.
Munuculnya rekaman di video, Instagram yakni, nampak jelas bagaimana seorang anggota polisi menyuapi makan dengan kedua tangan diborgol pada napiter dalam bus perjalanan menuju Nusakambangan, itu menjadi penyulut kemarahan mereka yang sejalan dengan para napiter.
"Jadi kelompok ini sangat terprovokasi dengan video yang beredar luas itu," ungkap Ali Fauzi.
Kelompok teroris mana yang beraksi di Surabaya meledakkan bom di tiga gereja ? Ali Fauzi memantapkan keyakinannya, pelakunya adalah kelompok bergerak dalam medio 4 hingga 5 tahun yang lalu.
"Kelompok ini beraviliasi dengan ISIS," tandasnya.
Tapi mengapa yang jadi sasarannya gereja, Ali membeberkan, sesungguhnya aksi serupa pernah tahun 2000.
Dimana gerakan serentak saat itu ada di sembilan kota termasuk diantaranya di Batam, Pekanbaru, Mojokerto, Bandung, dan Jakarta dengan pengiriman 25 paket bom.
"Yang beda, modelnya antara dulu dan sekarang," katanya.
Dalam kejadian ini, menurut Ali Fauzi, polisi tidak berarti kecolongan.
Karena pada dasarnya polisi tahu akan ada balasan, hanya tidak diketahui pasti kapan dan dimana akan terjadi.
Negara manapun seperti bisa terjadi, termasuk di Amerika Serikat.
Jika kelompok teroris mendapat tekanan, maka yang dibawah akan bergerak.
"Mungkin polisi tahu, tapi dimana dan kapan," katanya.
Kelompok pengebom ini, menurutnya tidak masuk dalam perakit bom besar.
Kalaupun ada kebakaran itu hanya efek samping. Bukan karena efek residunya. Yang muncul api dan terbakar itu ban, tangki bensin dan lainnya.
Sedangkan asap yang membumbung tinggi itu juga akibat efek samping benda-benda seperti ban yang terbakar.
Asap tinggi itu bukan efek residu, makanya warna asapnya hitam buka putih. Sementara dominan warna asap yang muncul tadi itu hitam.
"Kalau warna asap juga bisa dipelajari bahan peledaknya dari apa. Tergantung bahannya," ungkap Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian ini.
Polisi yang olah TKP akan bisa melihat benar apakah itu dampak residu atau bukan. Dan bisa dicocokkan dengan bahan-bahan yang terbakar di sekitar kejadian.
Jika ada kesamaan pola, maka dengan mudan untuk mengidentifikasinya. Apakah sama dengan yang dulu (kelompok insiden tahun 2000, red) yang beraviliasi dengan ISIS atau tidak.
"Bom dari kelompok baru atau lama,"katanya.
Ali Fauzi menambahkan analisa mendalam yang bisa dipakai jalan dalam proses penyelidikan oleh polisi.
Dari pengamatannya video yang terjadi, nampak seorang ibu yang mengajak anaknya untuk melakukan aksi itu.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah, seorang ibu yang sampai berani beraksi mengajak anak ada beberapa kesimpulan.
Kemungkinan si ibu ini anggota keluarganya, mungkin suaminya masih dalam tahanan, atau anaknya juga dipenjara.
Bisa juga suaminya meninggal di Syiria atau di Irak. "Perlu dicari tahu," katanya.(Surya/Hanif Manshuri)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Teror Bom 3 Gereja di Surabaya Disebut Karena Video Polisi Suapi Napi, Simak Pengakuan Eks Teroris,