TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Jemaat menganggap almarhum Aloysius Bayu Rendra Wardhana, Kepala Keamanan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, sebagai pahlawan.
Bayu dinilai telah menyelamatkan jemaat gereja tersebut dari aksi bom bunuh diri yang dilakukan dua pria pada Minggu (13/5/2018) sekira pukul 06.30 WIB.
Seperti diketahui aksi bom bunuh diri di Surabaya terjadi di tiga lokasi.
Selain di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, juga terjadi di Gereja Kristen Indonesia, Jl Diponegoro sekira pukul 07.30 WIB.
Kemudian disusul ledakan bom di Gereja Pantekosta Jl Arjuna, pukul 07.53 WIB.
Pelaku pengeboman di tiga lokasi itu adalah satu keluarga dan mengakibatkan 13 korban tewas dan 41 orang luka-luka.
Baca: Dita Sekeluarga Balas Dendam, Dia Sempat Antarkan Istri dan Dua Anak Perempuannya ke GKI
Saat terjadi aksi bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Bayu mengadang motor pelaku di pintu masuk gereja sisi selatan, tepat samping pos satpam.
Sehingga pelaku bunuh diri tidak bisa mendekat ke pintu utama gereja yang saat itu banyak terdapat jemaat.
Selain aktif di gereja, Bayu yang juga warga Gubeng Kertajaya 1, Surabaya, aktif di karang taruna.
Hal ini diungkapkan oleh Ratna, tetangga Bayu.
Menurut Ratna, Bayu dikenal sebagai sosok yang sangat baik, suka membantu tetangga, dan sangat ramah.
"Baik banget, dia aktif juga di karang taruna desa ini, kalo bantu juga gak setengah-setengah," ungkapnya.
Ditambahkannya, Bayu selalu menyapa orang saat lewat.
Baca: Mulyo Melihat Sebagian Tubuh Perempuan Bercadar yang Diberhentikan Rekannya itu Terbang
"Tadi pagi saja waktu mau berangkat ke gereja masih nyapa saya di depan sini," ucap Ratna, sambil menunjuk teras rumah yang ada di depannya.
Bayu dikenal aktif di Karang Taruna Gubeng Kertajaya. Tak jarang banyak teman-temannya sering kumpul di rumah Bayu.
"Dia sangat banyak temannya," ungkap Ratna.
Apalagi menurut Ratna, Bayu dan keluarganya murupakan salah satu warga yang sudah lama tinggal di Kertajaya.
Sempat Menengok
Korban meninggal lainnya adalah Vincensius Evan (11) dan Nathanael (8). Ia ke gereja bersama ibunya, Wenny (47).
Wenny yang tinggal di Jl Barata Jaya ini mengaku melihat sendiri saat pelaku meledakkan diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.
Bahkan Wenny juga tahu saat putranya, Vincensius Evan, tergeletak bersamaan dengan bom meledak persis di belakangnya.
"Bu Wenny mengaku sempat menengok dan tahu sendiri ada pengendara motor menerobos satpam. Tiba-tiba bom meledak," ucap Susi, kerabat Wenny.
Susi mendapat cerita langsung dari Wenny. Saat ini, Wenny, bersama dua anaknya menjadi korban.
Bersama keluarga yang lain, mereka berempat baru saja turun dari mobil.
Baru empat langkah, dari arah belakang ada motor menerobos halaman gereja.
Saat ini, Wenny bersama kelurga dan dua anaknya menjadi korban.
Susi juga menuturkan bahwa Wenny tahu saat pelaku dihalangi Aloysius Bayu yang akhirnya ikut menjadi korban tewas. (amn/rie/fat/fai)