TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Satu anak perempuan terduga teroris, AAP (7) disebut masih mengalami trauma psikologi pasca-ledakan bom di depan Mapolrestabes Surabaya, Selasa lalu.
Saat ini dia hanya bersedia berkomunikasi dengan suster penjaganya. "Ais (AAP) hanya mau ngomong sama susternya saja," kata Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Sutanto, di Mapolda Jatim, Rabu (16/5/2018).
Kondisi putri bungsu keluarga bom bunuh diri di gerbang Mapolrestabes Surabaya itu, kata Sutanto, berangsur membaik. "Hari ini keluar dari ICU dan dipindah ke ruang perawatan," jelasnya.
Menurutnya, anak-anak pelaku bom bunuh diri memerlukan penanganan komperhensif secara fisik maupun kejiwaan. Mereka juga harus mendapatkan pengasuhan yang tepat.
Baca: Densus 88 Gerebek Tiga Terduga Teroris di Tangerang
"Rehabilitasi harus tuntas, dari segi medis, sosial, psikologis. Yang lebih penting, bagaimana anak memiliki pemahaman yang tepat tentang agama," ujarnya.
Catatan KPAI, sampai saat ini ada 7 anak pelaku bom yang dirawat di RS Bhayangkara Polda Jatim.
Tiga anak terduga teroris yang bomnya meledak di Rusun Wonocolo Sidoarjo, tiga anak terduga teroris yang ditangkap di Jalan Sikatan kemarin, dan Ais.
"Mereka saat ini terus mendapatkan pendampingan medis dan psikologis dari tim psikolog Polda Jatim," jelasnya.