Penghasilan dari jualan pecel, diakui Warzanah tak menentu.
Ketika tengah laku, ia bisa tersenyum, pulang dengan mengantongi uang Rp 50 ribu.
Namun, ketika dagangan sepi, ia pun hanya pasrah.
"Nggak tentu hasile (tidak menentu hasilnya). Berapapun, tak cukup-cukup untuk kebutuhan sehari-hari," terangnya.
Tak ayal, untuk menambah pendapatan, Warzanah setiap akhir pekan beralih berjualan minuman di sekitar area makam raja-raja di Imogiri.
"Saya juga membuat wedhang uwuh dan bubuk daun kelor buat nambah-nambah penghasilan," timpal dia.
Dari bekerja keras itu, ia bisa sedikit membelikan cucunya gula sebagai pengganti susu.
Susu adalah barang mewah di rumah Warzanah.
Dengan penghasilan tak menentu, ia tak sanggup jika harus membelikan cucunya susu setiap hari.
Untuk mensiasatinya, ia terpaksa memberinya dengan air gula.
"Gantinya susu, saya kasih dia minum air gula. Karena doyannya yang manis-manis. Kalau makan, nasi, saya kasih lauk kecap," ujar Warzanah, dengan raut wajah sedih.
Warzanah dan cucunya, Cahyo Agung Wibowo menempati rumah kecil sederhana.
Dengan dinding batu bata, beralas plesteran.
Rumah itu hanya memiliki satu kamar tidur dan satu ruangan berukuran 7x9 meter yang digunakan untuk ruang utama sekaligus ruang tamu.