TRIBUNNEWS.COM, COM, SEMARAPURA - Setelah erupsi beruntun Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap lahar hujan.
Lahar hujan berpotensi menerjang sungai yang berhulu di Gunung Agung, apalagi kini curah hujan di sekitar Gunung Agung juga relatif tinggi.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, dalam kondisi saat ini potensi terjangan lahar dingin pasca erupsi Gunung Agung masih sangat tinggi.
Baca: Minggu Pagi Gunung Agung Kembali Erupsi, Kolom Abu Mencapai 1.500 Meter
"Sesuai rekomendasi kami, saat hujan seperti saat ini, ada potensi untuk terjadinya lahar hujan. Jadi warga yang tinggal di bantaran sungai yang hulunya di Gunung Agung harus waspada pula," ujar Devy Kamil, Sabtu (7/7/2018).
Ia menjelaskan, lahar hujan terjadi jika abu vulkanik banyak menumpuk di sekitar hulu aliran sungai.
Kondisi ini pun terjadi di Gunung Agung, mengingat dalam beberapa hari terakhir Gunung Agung mengalami erupsi beruntun, bahkan disertai lontaran lava pijar dan abu vulkanik.
Namun dari segi volume, abu vulkanik hasil erupsi beberapa hari ini lebih sedikit dari yang dihasilkan pada periode erupsi bulan November 2017 lalu.
Volume erupsi periode November 2017 lalu menyebabkan terjangan lahar hujan di beberapa sungai yang berhulu di Gunung Agung.
Baca: Tenggelam di Pantai Pelabuhan Ratu Hanya Rekayasa, di Mana Nining Sembunyi Selama 1,5 Tahun?
Lahar dingin yang membawa material piroklastik (abu, pasir, batu vulkanik) ini bermuara di Sungai Unda, Klungkung, dan menyebabkan sungai yang dilaluinya mengalami pendangkalan hingga 4 meter.
"Jumlah abu vulkanik erupsi Gunung Agung beberapa hari ini memang lebih sedikit dibandingkan November 2017 lalu. Namun kita semua harus tetap siap siaga dengan kemungkinan lahar hujan," tegas Devy.
Laporan atas aktivitas Gunung Agung kemarin menunjukkan bahwa asap kawah masih teramati dengan jelas, namun dengan intensitas tipis dan ketinggian hanya ratusan meter dari puncak kawah.
Zona Perkiraan Bahaya masih di seluruh area di dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak.
Devy menerangkan, kondisi jalur magma Gunung Agung saat ini mengalami sistem terbuka, mengindikasikan magma bisa naik ke permukaan.
Namun, bukan tidak mungkin jalur magma juga bisa tersumbat, karena pasokan magma yang berkurang sehingga lava di permukaan kawah bisa mengeras. (mit/bus)