TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengakui prediksinya meleset terkait penggusuran warga penolak New Yogyakarta International Airport (NYIA).
Sikap warga yang menolak menempati hunian yang sudah disediakan dan justru memilih tetap bertahan itu jauh dari perkiraan sebelumnya.
Asisten II Sekretariat Daerah Kulonprogo, Sukoco mengatakan bahwa Pemkab telah memprediksikan ada sekitar 20 dari 38 kepala kelurga (KK) penolak NYIA yang bakal bersedia pindah ke rumah sewaan ataupun rumah susun.
Maka itu, Pemkab Kulonprogo dan PT Angkasa Pura I kemudian hanya menyediakan 20 rumah sewaan ditambah rumah susun sebagai hunian sementara bagi warga tersebut setelah dilakukan pengosongan lahan.
Hanya saja, kenyataan di lapangan sama sekali berbeda. Warga tersebut enggan menempati hunian tersebut meski barang-barangnya sudah diangkut.
"Sebelumnya sudah diprediksi bahwa mereka akan menolak dan hanya 20 keluarga yang bersedia. Tapi, ternyata prediksi ini meleset. Mereka balik lagi, ngga mau menempati," kata Sukoco, Jumat (27/7/2018).
Seperti diketahui, 38 KK dalam 33 unit rumah yang masih berdiri di dalam areal lahan pembangunan NYIA telah dirobohkan pada pekan lalu.
Seluruh barang dan perabotan warga penolak itu langsung diangkut ke rumah-rumah sewaan yang sudah disediakan.
Namun, alih-alih menempati rumah tersebut, warga justru memilih tetap tinggal di sekitar lokasi proyek dan menumpang di rumah warga lainnya serta mendirikan tenda darurat.
Puluhan keluarga diketahui juga masih bertahan tinggal dalam masjid di tengah area proyek yang masih berdiri. (tribunjogja)