"Sakera harus tetap dikenang. Pasuruan ada karena sebelumnya ada Sakera. Makanya Pasuruan dikenal sebagai rakyatnya Sakera. dikenal keberaniannya seperti Sakera," katanya.
Ia memang sengaja mengangkat tema Sakera dalam pesta pernikahan anaknya. Bagi dia, ini sebuah kebanggan.
Bukan karena dia menjadi Sekjen Sakeramania, suporter Persekabpas.
"Dari kecil saya sudah cinta Sakera. Saya dulu ingin nikah bernuansa Sakera. Tapi karena tidak keturutan ya akhirnya anak saya saja yang saya nikahkan dengan nuansa Sakera," terangnya.
Dengan begini, ia berharap masyarakat tahu dan memahami siapa Sakera. Bahkan, tidak banyak yang tahu monteng itu apa.
"Tadi saya sengaja pamerkan Monteng. Ini bukan senjata biasa. Senjata ini penuh sejarah dan cerita," tambah dia.
Ia sangat berharap pemerintah Pasuruan memikirkan cara untuk menjaga dan melestarikan keberadaan Sakera di Pasuruan.
Minimal Sakera bisa dikenang sepanjang masa. Sakera dinobatkan sebagai pahlawan dan monteng menjadi senjata khas Pasuruan.
"Bukan hanya mangga, alpukat yang menjadi buah khas Pasuruan. Tapi kalau bisa monteng juga dikenalkan dan menjadi senjata khas Pasuruan," tegasnya. (Galih Lintartika)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Demi Pertahankan Budaya dan Cinta ke Pahlawan Pasuruan, Devi dan Husni Pilih Nikah Unik Ala Sakera