Syaiful juga mendapat informasi kuatnya tsunami dari kemenakannya yang bekerja di Kafe Telaga Biru yang saat ini masih mendapat perawatan.
"Dia belum injak aspal jembatan komodo sudah terbawa arus sampai di pertigaan komodo. Ia kemudian terseret arus balik," kata Syaiful.
Suara minta tolong terdengar di mana-mana. Orang-orang saling bantu meskipun tidak saling kenal.
Semua yang berteriak minta tolong segera didatangi untuk ditolong.
"Tidak ada cahaya lampu, semua listrik padam. Kami masih beruntung ada cahaya bulan," tutur Syaiful.
Tak ada satu wajah pun yang dikenali Syaiful sebagai ibunya. Hatinya mulai kecut, karena di permukaan laut lun banyak mayat yang mengambang.
Apakah salah satunya itu adalah jasad ibunya?
Pertanyaan ini segera dibuang jauh-jauh, ia yakin ibunya masih selamat tapi belum ditemukan.
Setelah agak larut ia menuju pekuburan Islam, tempat berkumpulnya orang yang selamat dari amukan gelombang tsunami.
Malam itu juga, Syaiful mendapati ibunya sedang duduk terkulai lemah, wajahnya masih menyiratkan ketakutan yang dalam.
Namun saat mata mereka saling tatap dan mengenali, dipeluklah ibunya erat-erat.
Wanita itu adalah Julaeha, ibunya yang selamat dari hantaman gelombang tsunami.
Di pekuburan ini juga ditemukan kakak dan adik Syaiful.
Awaludin, paman Syaiful yang mencari istri dan anaknya pun mendapati keduanya selamat.
Istri bersama anaknya yang baru berumur 9 bulan ini ditemukan di pekuburan Islam juga dalam kondisi sehat.
Tangis bahagia pun mengalir dari mata mereka.... (Rosyid S Azhar)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tangis Bahagia Syaiful Bertemu Sang Ibu Setelah Berjibaku Membalik Mayat yang Bergelimpangan"