Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Bencana gempa, tsunami dan likuefaksi masih menyisakan duka bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
Kabar duka salah satunya datang dari seorang muazin Masjid Agung Palu bernama Agil Ababil.
Baca: Mengintip Aktivitas Korban Gempa dan Tsunami Setelah Dua Pekan Mengungsi di Masjid Agung Palu
Ketika gempa mengguncang Palu dengan hebatnya pada Jumat, 28 September lalu, Agil tengah mengumandangkan azan magrib di Masjid Agung Palu.
Saat jemaah khidmat tengah hikmat mendengarkan lantunan azan Agil. Tiba-tiba bumi berguncang dengan kuat nya.
Tembok dan lantai masjid bergerak, dan seketika suasana langsung berubah mencekam.
Semua orang yang tadinya telah siap menunai salat Magrib, tanpa diperintah langsung berlari keluar dari masjid mencari perlindungan.
Sementara sang muazin Agil, yang baru saja melafalkan lafadz adzan Hayyaalalfalah juga langsung berlari berusaha menyelamatkan diri.
Namun, Tuhan berkata lain.
Agil harus menemui Sang Pencipta setelah tubuhnya tertimpa reruntuhan bangunan Masjid Agung Palu yang didominasi bermatrial beton.
Seorang jemaah yang juga sabahat dekat Agil, Aqib menceritakan bagaiman perjuangan almarhum menunaikan tugasnya hingga bagaimana Agil mengembuskan napas terakhir nya
"Seharusnya hari itu dia libur, nanum karena almarhum tinggal nya di asrama masjid dia diminta untuk menggantikan temannya yang berhalangan tugas," ujar Aqib kepada Tribunnews.com, Minggu (14/10/2018).
Sampai akhirnya Ia akan bertugas mengumandangan adzan magrib, Masjid Agung Palu di guncang dahsyat.
Hingga membuat mihrab dan roster masjid roboh menimpa Agil.