TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Sabtu (20/10/2018), dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah mengakibatkan sebanyak 2.113 orang meninggal dunia.
Sementara itu sebanyak 1.309 orang dinyatakan hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik.
Sebaran 2.113 orang korban meninggal dunia adalah Kota Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang.
Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakanan keluarga.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya mengatakan, dari 2.113 orang korban meninggal dunia, sudah termasuk 1 orang warga Korea Selatan yang meninggal dunia di reruntuhan Hotel Roa-Roa Kota Palu.
Meskipun evakuasi korban sudah dihentikan secara resmi sejak 12 Oktober 2018, namun hampir setiap hari korban ditemukan oleh petugas dan relawan saat melakukan pembersihan reruntuhan dan puing-puing bangunan atau lingkungan di daerah terdampak bencana.
Baca: Tembakan ke Udara Bubarkan Bentrok Warga Dua Gampong yang Memperebutkan Lahan Kosong
Tak Ada Warga Belanda
Sutopo juga membantah kabar yang memberitakan 2 orang warga Belanda yang juga menjadi korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan Hotel Roa-Roa.
"Tim Posko Kementerian Luar Negeri dan Basarnas sudah menelusuri berita tersebut, bahwa berita tersebut tidak benar," kata Sutopo.
Tim SAR gabungan yang dikoordinasikan oleh Basarnas hanya menemukan satu jenazah warga negara asing yaitu warga negara Korea Selatan pada 4 Oktober 2018.
Tidak ada warga negara Belanda.
Pencarian korban di Hotel Roa-Roa juga sudah dihentikan sejak 8 Oktober 2018.
"Pembangunan hunian sementara dan tenda-tenda terus dilakukan untuk pengungsi. Begitu juga sarana prasana kebutuhan MCK, air bersih, dan sanitasi dibangun di sekitar tempat pengungsian," ujarnya.
Mendekati musim penghujan kebutuhan huntara dan tenda yang layak untuk pengungsi menurut Sutopo menjadi kebutuhan mendesak.
Kebutuhan mendesak untuk pemenuhan kebutuhan pengungsi dan masyarakat terdampak masih diperlukan hingga saat ini yakni beras, gula, makanan bayi, susu anak, susu ibu hamil, kantong plastic, tenda, selimut (bayi, anak-anak, dewasa).
Minyak kayu putih, sabun mandi, pasta gigi, minyak goring, seragam anak sekolah, buku dan peralatan sekolah, air bersih, MCK, penerangan di pengungsian, sanitasi, dan kebutuhan dasar lainnya.