Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ya' M Nurul Anshory
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Perilaku Supardi Supriyatman (36), yang tega membanting darah dagingnya sendiri hingga tewas, Putri Aisyah (1,5), masih menyisakan banyak cerita.
Bagaimana tidak, Putri Aisyah yang beberapa hari sebelumnya dimanja-manja, digendong sayang, haus mendapat perlakuan yang mengerikan.
Supardi jadi terduga pembunuh anak kandung setelah dilaporkan membanting Putri hingga tewas di kediamannya di Jalan Usaha Baru, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Sabtu (24/11/2018) pukul 08.30 WIB.
Cerita tentang perilaku Supardi pun datang dari berbagai pihak yang selama ini pernah berinteraksi dengan lelaki yang bekerja sebagai tenaga satuan pengamanan (Satpam) itu.
Satu di antara tempat kerja Supardi adalah di Kompleks Karet Permata Khatulistiwa Pontianak, Jalan Karet, Pontianak Barat, Kota Pontianak.
Tribunpontianak.co.id, menemui rekan kerja Supardi, Senin (26/11/2018).
Ia adalah Hendra (32). Malam sebelum kejadian, Hendra berganti shift dengan Supardi.
Baca: Polisi Gadungan Kelabui Anak Kades Hingga Perawat, 'Mereka Hanya Korban Perasaan'
Hendra mengatakan dirinya masuk jaga pukul 12.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.
Kemudian, dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB, penjagaan di Kompleks Karet Permata Khatulistiwa Pontianak, dilanjutkan Supardi.
Setelah bekerja di Kompleks Karet Permata Khatulistiwa Pontianak, rupanya Supardi tidak pulang ke rumah.
Ia kembali bekerja di sebuah rumah makan.
Jam kerjanya dari pukul 22.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB.
Hendra menuturkan rekan kerjanya itu adalah pekerja keras yang sangat ambisius.
"Dia itu kerja di sini juga. Di rumah makan juga. Jadi driver Grab juga. Dia bekerja sekitar 4 bulan," tutur Hendra.
Ia mengatakan di Kompleks Karet Permata Khatulistiwa Pontianak, ada empat orang security.
"Di sini ada empat orang security yang bekerja. Gaji semua sama di sini Rp 1,2 juta," tambahnya.
Ditanya tentang adakah hal aneh sebelum Supardi melakukan perbuatannya terhadap Putri Aisyah, Hendra kemudian teringat seminggu sebelumnya.
Seminggu sebelum kejadian Hendra sudah menyadari perubahan perilaku Supardi.
"Waktu ganti shift, saya lihat dia lebih banyak ngelamun daripada kerja,” katanya.
“Sebelum kejadian banyak perubahan. Tidak memperdulikan orang lewat. Banyak termenungnya daripada kerja," ujar Hendra.
Hendra mengatakan dia mulai melamun seminggu sebelum kejadian.
Kadang-kadang Supardi tertawa sendiri.
Dan dia pernah berdiri di bawah pohon, di depan gang ini.
"Melamun di situ," ujarnya sambil menunjuk ke sebatang pohon ditepi jalan.
"Pokoknya sudah banyak kelainanlah. Seperti bukan diri dia. Seperti dikendalikan orang lain," ujar Hendra.
Bahkan sebulan sebelum kejadian, Hendra mengatakan Supardi sempat minta diruqyah.
"Supardi pernah cerita. Dia mau buang barang di badan dia. Mau minta ruqyah. Belum sempat diruqyah sudah kejadian seperti itu," kenang Hendra.
Selama bekerja Hendra mengatakan, kalau Supardi tidak pernah nongkrong atau ngopi.
Dia bawa bekal sendiri dan selalu diam di Pos Satpam.
"Warga sini mengenal dia baik. Taat sembahyang. Ndak punya musuh. Ndak pernah ngomong kasar atau nada tinggi. Apalagi sama istri dan anak," ucapnya.
Hendra masih tak percaya Supardi membunuh darah dagingnya sendiri.
"Terkejut juga saya kok sampai segitunya. Warga di sekitar juga terkejut, tidak menyangka," ujarnya.
Hendra tahu benar kalau rekan kerjanya itu adalah sosok ayah yang penyayang.
"Padahal dia ini orang penyayang. Jangankan anaknya, kucing aja disayang," tegas Hendra.
Secara kebetulan Hendra adalah sepupu dari istri Supardi yakni Hamisah (38).
Hendra memastikan dia bercerita jujur tanpa pengaruh dari siapapun.
Soal Supardi yang bekerja keras siang malam demi anak istrinya, ternyata pernah diceritakan juga kepada tetangganya, Susilawati (48).
"Kalau tidak kaya, gila saya ini," kata Susilawati menirukan ucapan Supardi. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Banting Anak Hingga Tewas, Rekan Kerja Ungkap Gelagat Aneh Supardi, Begini Kisahnya!,