Prosesi pernikahan dengan uang panaik sebesar Rp130 juta viral di media sosial. Pihak keluarga sudah memberi penjelasan ini
TRIBUNNEWS.COM - Viral di media sosial uang panaik di pernikahan antara Muhammad Ikbal dan Firda Fitria.
Hal tersebut diunggah di akun Instagram @makassar_iinfo pada Kamis (20/12/2018).
Di keterangan, uang panaik berjumlah Rp130 juta, emas 1 kg, beras 1 ton, rumah, dan kuda.
Pernikahan tersebut digelar di Balang Pasui, Jeneponto, Sulawesi Selatan pada Rabu (19/12/2018).
Baca: Berita Lokal Solo Terpopuler 2018, dari Mahasiswa Beli BBM Rp 200 hingga Pernikahan Mewah Bos Baja
Baca: Peramal Tarot Ungkap Fakta Dibalik Kabar Pernikahan Reino Barack dan Syahrini : Bak Air dan Minyak
"Kembali pernikahan mahal terjadi di Sulawesi Selatan, lagi-lagi di Kab Jeneponto, Uang Panaik 130 juta, emas 1 Kg, beras 1 ton, rumah dan kuda.. dan jika di total lebih dari setengah Milyar...
Buat anak muda yang lain, jangan mau malas-malasan...
Alamat : Balang Pasui, Kab Jeneponto...," tulis akun @makassar_iinfo.
Dikutip dari Tribun Manado, ayah Fitria, Haji Saparuddin, membenarkan kabar uang panaik yang beredar di media sosial.
Namun jumlah uang panaik yang cukup banyak tersebut bukan merupakan ajang untuk gengsi.
Ia mengatakan uang tersebut akan digunakan sebagai tabungan untuk membangun rumah tangga dan anak-anak mereka kelak.
"Jadi uang panaik ini kita gunakan sebagai tabungan Fitria dan Ikbal, bukan untuk foya-foya dalam resepsi pernikahan," ungkap Saparuddin.
Menurutnya, keluarga Ikbal tidak keberatan dengan uang panaik yang diajukan.
Kedua orangtua pengantin merupakan menjual emas di Palu.
Pasangan tersebut ternyata saling bertetangga, karena jarak rumah mereka hanya 300 meter.
Jumlah Uang Panaik Ditentukan Status Sosial Wanita
Seperti dilansir Kompas.com pada (09/03/2018) uang panaik yang menjadi salah satu tradisi saat hendak melangsungkan pernikahan sangat ditakuti oleh pasangan kekasih.
Pasalnya, uang panaik dinilai memberatkan dengan besarannya ditentukan oleh status sosial seorang wanita yang hendak dilamar.
Bahkan, kini uang panaik di tradisi Bugis Makassar mencapai miliaran rupiah tergantung status sosial wanita yang dilamar.
Dengan uang panaik ini, ada yang merasa terbebani dan ada pula yang menganggap sebagai gengsi dalam perkawinan.
Uang panai terkadang ditentukan berdasarkan kelas wanita yang hendak dipinang.
Misalnya, kelas wanita yang lulusan SMA, sarjana, telah bekerja, pegawai negeri sipil (PNS), dokter, hingga gadis telah berhaji memiliki mahar yang berbeda.
Salah seorang warga di Kabupaten Takalar, Taugi mengaku menikahkan anak laki-lakinya dengan gadis lulusan SMA dengan uang panaik Rp 100 juta, satu set perhiasan emas, 10 karung beras dan dua ekor kerbau.
"Memang tradisi di sini, malu kita juga kalau tidak menikahkan anak gara-gara uang panaik. Ya, diusahakan saja dipenuhi, tapi ada ji negosiasi sampai sesuai kemampuan."
"Soalnya, itu anak bungsuku, Ansar sudah lama pacaran sama itu gadis. Itu uang panaik berbeda dengan pesta pengantin laki-laki. Jadi kira-kira habis Rp 200 juta lebih," katanya.
Berbeda dengan yang dialami Ciwa.
Cintanya kandas karena uang panaik. Keluarganya tidak sanggup memenuhi permintaan uang panaik Rp 100 juta, sehingga batal menikah dengan kekasihnya, Mifta.
"Keluargaku tidak sanggup penuhi permintaan uang panaik keluarga kekasihku."
"Karena keluargaku juga habis nikahkan kakak laki-lakiku yang uang panaiknya Rp 150 juta."
"Saya disuruh menunggu sambil dikumpulkan uang, tapi eh Mifta sudah dilamar dan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orangtuanya."
"Ya, terpaksa pasrah, bukan jodohku lagi," katanya.
Sementara itu, budayawan asal Sulsel, Prof Dr Nurhayati Rahman menggap bahwa uang panaik yang nilainya besar merupakan ujian bagi seorang laki-laki.
Pihak keluarga wanita ingin melihat keseriusan laki-laki melamar pujaan hatinya.
"Di situlah nilai luhurnya uang panaik, dilihat dari keseriusan seorang laki-laki mencari uang. Jangan hanya menikah saja, tapi dia tidak mau bekerja keras."
"Jadi ada nilai positif dan negatif yang bisa diambil dari hal ini," katanya.
Nurhayati mengungkapkan, besaran uang panaik di zaman sekarang ditentukan status seorang wanita.
Jadi jika status sosialnya seorang wanita bagus, maka uang panaiknya tentu bagus pula hingga miliaran rupiah.
"Jadi orang tua biasanya memasang nilai uang panaik, karena untuk melihat masa depan anaknya. Jadi beda-beda itu besarannya, disesuikan dengan statusnya wanita lulusan apa, kerjaannya apa, apakah dia PNS atau dokter. Tambah mahal lagi, kalau itu si wanita sudah naik haji dan mempunyai rumah serta harta."
"Jadi pemikirannya itu orangtua, enak saja ini laki-laki menikah tidak ada apa-apanya langsung saja dapat pendamping hidup lengkap masa depan, rumah dan segalanya. Itu yang biasa menjadi patokan. Jadi tentu mahal dong panaiknya kalau wanita yang dilamar itu sudah sukses dari segi ekonominya," terangnya.
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Heboh Penikahan di Jeneponto: Uang Panaik Rp 130 Juta, 100 Gram Emas dan Satu Ton Beras dan Kompas.com, Pernikahan ala Adat Bugis Makassar, Jumlah Uang Panaik Ditentukan Status Sosial Wanita(2)