News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tsunami di Banten dan Lampung

Hiruk Pikuk Pasar Malam Itu Berubah Jadi Teriakan Minta Tolong, Sukirno: Untung Dilarang Pergi

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana dampak tsunami selat sunda di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (26/12/2018). Di perkampungan nelayan itu tampak rumah-rumah penduduk hancur dan perahu-perahu nelayan pun berserakan di segala penjuru. (Tribunnews/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Rabu (26/12/2018) siang, mata kapten Kapal Wisata Pulau Umang di Kecamatan Sumur Pandeglang bernama Sukirno, terus tertuju ke arah kapal di tengah lautan Selat Sunda.

Kapal berwarna putih bermuatan 7GT itu bukanlah miliknya, tetapi milik bosnya yang merupakan mantan Menteri Sekretaris Negara era Presiden Megawati Soekarnoputri, Bambang Kesowo.

"Itu kapalnya punya Pak Menteri," kata Sukirno seraya menunjuk kapal yang berada di antara Pulau Umang dan Pelabuhan Sumur, Banten.

Tempat Sukirno berada merupakan kawasan terdampak paling parah dari gelombang tsunami di Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu lalu. Gelombang tsunami tersebut akibat longsor bagian bawah Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda.

Baca: Deretan Potret Vannya Istarinda, Calon Adik Ipar Nia Ramadhani yang Cantik dan Berkelas

Dan pada Rabu kemarin, gunung Anak Krakatau terus menunjukkan aktivitasnya hingga erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik. Selain itu, hujan deras terus turun di kawasan tersebut.

Meski begitu, nyali Sukirno tak menciut untuk memantau keberadaan kapal milik bosnya. Setidaknya, pria berusia 40an itu, melongok posisi kapal milik bosnya itu setiap pagi dan sore, sebelum dia kembali ke pengungsian.

"Ya setiap hari setelah tsunami, saya cek terus. Kalau masih ada, terus pergi. Nanti cek lagi kalau sore," ungkapnya.

Baca: Mimpi Buruk Herman Seventeen Sebelum Meninggal Dunia Diterjang Tsunami, Dibongkar Ifan Govinda

Pengendara sepeda motor saat melintas didepan bangunan yang diterjang tsunami selat sunda di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu (26/12/2018). Di perkampungan nelayan itu tampak rumah-rumah penduduk hancur dan perahu-perahu nelayan pun berserakan di segala penjuru. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)

Ia tidak ingin kapalnya kembali terbawa ombak hingga 5 kilometer jauhnya seperti hari sebelumnya. Karena itu, ia mengaitkan kapal baru tersebut dengan empat jangkar sekaligus.

"Kemarin, sehari setelah kejadian, kapalnya di sana, sampai 4 kilometer lah terbawa ombaknya. Langsung saya bawa sendirian, beresin posisi kapal," ujar Sukirno yang telah menjadi kapten kapal wisata selama 15 tahun itu.

Baca: Raffi Ahmad Puji Kecantikan Istri Rudy Salim di Hadapannya, Nagita Slavina Merendah: Pas-pasan Gini

Sukirno mengaku beruntung saat terjadi gelombang tsunami menyapu pesisir pantai Banten, khususnya di kawasan Pasar Ikan Kecamatan Sumur, tidak menimpa keluarganya.

Sebab, anaknya sempat meminta izin hingga merengek meminta uang agar bisa bermain ke Pasar Malam yang berada di tepi pantai Sabtu malam itu. Saat itu, Sukrno tidak mengizinkan sang anak pergi.

Baca: Maruf Amin Ingin Kriteria Ini Dimiliki Moderator Debat Pilpres 2019

"Tadinya mah sudah minta uang ke PM bilangnya. Saya bilang, enggak usah lah, soalnya kan malam minggu pasti ramai juga. Jadi, enggak saya kasih. Eh, malah kejadian seperti itu kan. Alhamdulillah semua sekarang selamat," tuturnya.

Aneka wahana hiburan mulai dari bianglala, komedi putar, hingga ombak banyu tersedia di acara pasar malam yang terletak di Kampung Sumur, Pandeglang, Banten pada Sabtu (22/12) petang.

Di pasar malam itu juga ramai para pedagang yang menjajakan makanan dan pakaian. Wahana permainan rakyat tersebut makin hidup dengan adanya alunan musik dangdut.

Namun, kegembiraan dan hiruk-pikuk pengunjung di pasar malam tersebut berubah seketika menjadi kepanikan pada sekitar pukul 21.30.

Teriakan kegembiraan anak-anak yang menikmati wahana permainan lenyap seketika berubah menjadi pekikan minta tolong. Semua orang pun panik dan lari pontang-panting menyelamatkan diri.

Begitulah cerita Aep (34), warga Sumur saat menceritakan menit demi menit saat tsunami Selat Sunda di wilayahnya pada Sabtu malam.

"Semua orang berteriak-teriak, ibu memanggil anaknya. Anak memanggil ibu nya, sudah enggak tahu lagi, semua gelap," kata Aep.

Aep bercerita, malam itu tidak ada sama sekali tanda-tanda akan datang gelombang tsunami. Semua tampak biasa saja, pun demikian dengan gelombang air laut.

Namun, Aep mengakui listrik sempat padam beberapa menit sebelum tsunami datang. Aep pun mengaku lari terbirit-birit begitu melihat ada gelombang air makin mendekat ke dirinya. "Tiba-tiba gelombang langsung naik, tidak bersuara," ujar dia.

Setelah selama di tempat yang lebih tinggi, Aep menyaksikan pasar malam tempatnya dia berada sebelumnya sudah luluh lantah tersapu gelombang tsunami dalam beberapa menit.

Pun demikian dengan rumah-rumah yang berada di tepi pantai.

"Saya sempat kembali ke kedai bakso saya di pinggir pantai, berharap ada yang tersisa. Nyatanya habis semua," ujar Zainuddin.

Saat tim Tribuin menyambangi lokasi pasar malam itu, hanya tersisa kincir angin alias bianglala yang masih berdiri. Sejumlah bangunan di sekitarnya telah roboh tak berbentuk.

Bahkan, ada rumah yang masih berdiri dengan lubang besar di dindingnya.

Selain itu, belasan kapal nelayan juga terlihat terdampar di tepi pantai. Dua alat berat juga tampak terus bekerja membersihkan puing di jalan yang berada di tepi pantai.

"Kami sudah mulai bekerja dari jam 7 tadi, meminggirkan sampah-sampah biar enggak nutup akses jalan," ujar ahmed, salah satu relawan. (tribun network/ryo/yan/coz)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini