TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ratusan warga Langowan dan Noongan, Kabupaten Minahasa mengalami keracunan makanan pada Rabu (2/1/2018).
Keracunan tersebut terjadi setelah mereka mengonsumsi mi bakso dan midal (tinutuan) yang menggunakan mi basah dari seorang pedagang di Pasar Lama Langowan.
Para korban ada yang dirawat jalan dan dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Noongan dan RS Budi Setia Langowan.
Sebelumnya, jumlah korban disebutkan sebanyak 69 orang terdiri 26 orang dilarikan ke Rumah Sakit Daerah Noongan dan 43 orang lainnya dirawat di RS Budi Setia Langowan.
Namun, data terakhir menyebutkan korban mencapai 110 orang hingga pada Kamis malam.
Keracunan massal di Langowan, Kabupaten Minahasa juga menimpa bayi.
Anggi Tentengan (22), harus menemani bayi semata wayangnya, Bianca Koloay, satu tahun tujuh bulan terbaring lemas di atas tempat tidur Puskesmas Amongena, Langowan.
Si kecil kala itu sedang diperiksa oleh perawat Puskesmas.
Orang tua Bianca yang juga berprofesi sebagai pedagang makanan siap saji tidak mengetahui kalau mi yang mereka beli itu tidak layak konsumsi.
"Karena sebelum mulai berjualan, nenek Bianca akan mengolah dulu mi mentah menjadi makanan siap saji, tapi kebiasaan Bianca yang suka mengkonsumsi mi mentah jadi kami biarkan saja karena sejauh ini aman saja," ungkap Anggi.
Setelah bersela dua jam, barulah dampak dari mi tersebut bereaksi yang mengakibatkan bocah yang sedang tidur kala itu tiba-tiba terbangun dan mengalami muntah-muntah. Kondisinya cukup parah.
Segera orang tua Bianca meminjam mobil tetangga dan langsung melarikannya ke Puskesmas dari rumah mereka yang berlokasi di Desa Wasian, Kecamatan Kakas dengan waktu tempuh hanya sekitar 10 menit.
"Setibanya kami di Puskesmas langsung kami lakukan registrasi dan segeralah dirawat. Kami pun dianjurkan membeli obat dari sejumlah resep anjuran dokter," lanjut Anggi.
Baca: Korban Keracunan Mi Basah di Langowan Jadi 68 Orang
Anggi mengaku keluarganya belum membuat kartu BPJS Kesehatan, sehingga proses administrasi perawatan Bianca masih harus ditanggung sendiri.
Selain dana sendiri juga dibantu dari pihak orang tua.
Selain itu, ada pula ibu hamil menjadi korban keracunan mi tersebut.
Menurut dr Patricius Roring yang juga menangani pengobatan Bianca, ia sudah melakukan pengobatan sesuai gejala yang dialami pasiennya.
"Pengobatan yang kami lakukan ya sudah sesuai gejala keracunan pasien karena disebabkan bakteri ada antibiotik yang kami berikan dan juga ada obat diare, serta obat muntah yaitu oralit," kata Dokter Patricius
Segel Pabrik Mi Mentah
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Minahasa, dr Juliana Kaunang, berdasarkan hasil pemeriksaan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) menyimpulkan bahwa dampak keracunan tersebut cukup parah.
"Para pasien mengeluh pusing, sakit kepala, mual-mual bahkan muntah tapi untuk saat ini masih bisa ditangani pihak rumah sakit sehingga belum ada rujukan," katanya.
Juliana melanjutkan, sampel mi dan bakso sudah diamankan penyidik Polsek Langowan untuk diperiksa di Polda Sulut dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Manado.
Polsek Langowan telah menyegel atau memasang police line (garis polisi) pada kios mi milik keluarga Tulangow-Tabaluyan, pabrik mi mentah di Jaga I, Desa Amongena Dua atau kompleks Pasar lama Langowan yang diduga menjadi penyebab keracunan makanan bagi 110 orang.
Para pasien merupakan konsumen yang membeli mi dari kios tersebut dan ada juga yang mengkonsumsi mi dari pihak kedua.
Usai dilakukan pemeriksaan oleh Dinkes Minahasa dan Dinas Perdagangan Minahasa, maka penyidik Polsek Langowan langsung memasang police line.
Kapolsek Langowan Iptu Fani Tumanduk mengatakan kedua pemilik kios sudah dirumahkan dan sedang dijaga oleh aparat kepolisian sambil menunggu hasil dari sampel mi dan bakso yang dibawa ke BBPOM Manado.
"Untuk sementara kedua penjual mi bakso dan mi mentah tersebut kami jadikan tahanan rumah sambil menunggu hasil pemeriksaan sampel produk yang dijual kedua pedagang tersebut," katanya.
"Belum ada status yang kenakan kepada kedua pedagang itu, tapi untuk sementara kami membatasi akses ke mereka untuk alasan keamanan," ujar dia.
Baca: Fakta-fakta Warga Keracunan Makanan di Langowan: Kronologi, Ibu Hamil Korban hingga Bear Brand Ludes
Kapolsek mengimbau kepada insan pers jika hendak ingin mewawancara sebaiknya ditahan dulu sampai hasil tes keluar.
"Karena bukan kami melarang, tapi penjualnya yang enggan memberikan komentar," lanjutnya.
Menurut Kadis Perdagangan Kabupaten Minahasa, Moudy Lontaan, kios tersebut belum mendapat izin dari Layanan Satu Atap.
"Selain itu, kios tersebut juga harus memiliki izin Industri Rumah Tangga dari Dinkes. Itu yang kami cek belum ada," katanya saat diwawancarai oleh Tribunmanado.co.id.
"Kami juga telah lakukan tes yang merupakan uji lab di BBPOM. Paling lama satu hari untuk mengetahui apakah penyebabnya dari mi atau bakso," lanjutnya.
Lontaan menambahkan, pihaknya agak kesulitan memantau jika pedagangnya merupakan industri rumah tangga.
Tradisi Tahun Baru
Makan mi pedaal atau midal, istilah lokal, jadi kebiasaan warga Langowan usai tahun baru.
Hal tersebut dilakukan setelah periode makan lemak yang dilakukan selama hari raya Natal hingga Tahun Baru.
Namun bukannya membersihkan lemak, makan midal awal tahun 2019 justru jadi petaka.
Ratusan warga keracunan setelah menyantap midal serta mi bakso.
Mi yang tidak steril diduga jadi penyebab keracunan massal. Mie tersebut diduga dijual di salah satu tempat di Pasar lama Langowan.
Noortje, salah satu warga yang keracunan menyatakan ia menyantap midal di salah satu rumah temannya Rabu siang.
"Sepulang rumah, perut saya sakit lantas saya muntah-muntah," kata dia.
Sempat dibawa ke RS Budi Setia, ia pulih setelah mendapat perawatan.
"Saya juga minum Beer Brand, " kata dia.
Indria Manaroinsong, warga juga merasakan sakit perut serta bagian belakang sakit sehabis menyantap midal di rumah.
Ia cepat pulih hingga tak sampai dibawa ke rumah sakit.
Artikel ini telah tayang di Tribunmanado.co.id dengan judul 7 Fakta Baru Warga Keracunan Mi Basah di Langowan, Jumlah Korban hingga Penjual Jadi Tahanan Rumah,