TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Tidak sembarangan orang bisa menjejakkan kakinya di Antartika.
Untuk menuju ke benua yang meliputi Kutub Selatan Bumi yang ditutupi 98 persen hamparan es ini butuh persiapan dan perjuangan keras.
Namun tidak halnya dengan sosok Agus Wandi.
Lelaki asal Aceh ini berhasil mencapai Antartika pada 12 Januari 2019 lalu.
Boleh dibilang, Agus Wandi adalah anak Aceh pertama yang berhasil menyentuh Antartika.
Dan ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri baginya, di samping menjadi motivasi bagi generasi muda Aceh melakukan hal yang sama.
Agus Wandi menuturkan ia bersama tim ekspedisi tiba di Kota Ushuaia Argentina pada 2 Januari lalu.
Ushuaia merupakan kota terakhir dan terdekat dengan Benua Antartika.
"Mudah2an cuaca akan membaik agar kapal ekspedisi melewati Drake Passage dengan mudah besok malam. Katanya salah satu selat laut yg cukup berbahaya, tapi mudah2an aman," tulis Agus seperti dikutip Serambinews.com dari laman facebook-nya.
Menurut Agus, Antartika saat ini menjadi pusat penelitian ilmuwan dari 40 negara.
"Mereka melakukan penelitian tentang alam dan rahasia2nya, termasuk dampak thd cuaca dunia," tulisnya.
Pada 12 Januari, Agus bersama tim ekspedisi berhasil mencapai Antartika.
Dari foto-foto yang terposting di akun facebook-nya, tampak permukaan jalan yang dilalui tim ditutupi hamparan es tebal.
Dikutip dari situs Mogabay, Antartika merupakan benua paling terpencil di dunia yang kontradiktif. Sangat cantik dan perawan, namun amat tidak bersahabat.
Inilah tempat yang paling berbadai dan paling dingin di bumi, sekaligus paling rapuh dan sensitif.
Curah hujannya paling rendah dibandingkan dengan benua manapun, namun esnya memuat 70 persen air tawar di planet ini.
Dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.200 meter, es tersebut menjadikan Antartika sebagai benua tertinggi di dunia, dengan ketinggian sekitar 2.300 meter di atas permukaan laut.
Baca: Petugas Satpol PP Kaget, Legiman Pengemis di Pati Ternyata Punya Kekayaan Lebih dari Rp 1 Miliar
Benua ini juga merupakan benua kelima terbesar di dunia. Namun begitu, Antartika tidak memiliki penduduk tetap yang lebih besar dari koloni lamuk, sejenis lalat berukuran satu sentimeter.
Antartika juga memiliki seluruh zona waktu yang ada di bumi.
Semua garis bujur yang gunakan penduduk bumi untuk menentukan zona waktu bertemu di kedua kutub, Utara dan Selatan.
Keberhasilan Agus mendaki Antartika membuat warganet kagum dan salut kepada sosok lelaki ramah dan tampan itu.
Bahkan ada yang menyebut Agus adalah orang Aceh pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Benua Antartika.
Lantas siapakah Agus Wandi sebenarnya?
Lelaki kelahiran 17 Agustus 1978 di Sibreh, Kabupaten Aceh Besar ini, telah melanglang buana ke berbagai belahan negara di dunia.
Prestasi yang paling membanggakan adalah salah satu aktivis yang berhasil masuk dan berkarier di markas United Nation (UN) atau Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ia menempati posisi mentereng di United Nation Development Program (UNDP) sebuah organisasi yang bernaung di bawah PBB.
Saat ini Agus menjabat sebagai chief technical spesialist crisis prevention and mitigation dan tinggal di Freetown, ibu kota Republik Sierra Leone, sebuah negara di Afrika Barat.
Sebelumnya Agus pernah bertugas di Kepulauan Solomon sebagai spesialis kohesi sosial.
Kepulauan Salomo adalah sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan yang terletak di sebelah timur Papua Nugini dan merupakan bagian dari Persemakmuran.
Baca: Hasil Penyidikan akan Tentukan Status Vanessa Angel, Bisa Berpotensi Jadi Tersangka
Diburu TNI
Sosok Agus Wandi di kalangan aktivis 98 di Aceh dikenal sebagai aktivis antimiliter.
Ia adalah pentolan sekaligus pendiri gerakan perlawanan rakyat Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat (SMUR), sebuah gerakan mahasiswa di Aceh yang menuntut pencabutan Daerah Operasi Militer (DOM) dan melengserkan rezim Soeharto.
Aktivis SMUR kerap turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi.
Agus Wandi ikut bergabung dalam aksi itu sebagai orator yang membuat kuping pejabat TNI/Polri di bawah rezim Suharto merah dan berdengung.
Akibat tindakannya yang kerap menentang dan menyuarakan ketidakadilan pemerintah terhadap Aceh, Agus Wandi pernah dicap sebagai musuh negara nomor satu oleh Danrem 012 Teuku Umar, Syarifuddin Tipe.
Tindakannya yang paling menghebohkan adalah ketika ia menginterupsi Mendagri Syarwan Hamid dalam pidato resminya di Anjong Mon Mata, Pendopo Gubernur Aceh.
Baca: Mengintip Peradaban Suku Kalash di Pakistan, Tempat Para Wanita Cantik Bermata Biru
Kala itu Syarwan tergagap. Dia pun harus mengubah haluan bicaranya, sebagaimana maksud interupsi Agus Wandi, bahwa di Aceh telah terjadi kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran HAM berat oleh negara.
Karena itu pula negara harus bertanggung jawab.
Dalam tulisannya, "Mengenang SMUR, Mengingat Agus Wandi", pemerhati sosial politik Aceh M Alkaf menyebutkan Agus Wandi adalah aktivis Aceh yang menyuarakan perlawanan rakyat paling populer kala itu.
"Agus Wandi bahkan menjadi semacam jaminan atas aktivisme mahasiswa kala itu. Posisinya sebagai Sekjend SMUR, yang juga kemudian diposisikan sebagai juru bicara setiap aksi dari lembaga tersebut, bahkan membuatnya populer sekali," kata Alkaf, peneliti dari lembaga The Aceh Institute.
Pasca dianggap sebagai musuh negara, Agus Wandi menjadi aktivis paling diburu aparat TNI/Polri.
Sejak itu ia harus bersembunyi dari kejaran aparat bersama aktivis SMUR lainnya.
Termasuk rekan seperjuangannya, Kautsar, pentolan SMUR yang sekarang menjadi anggota DPRA dari Partai Aceh.
Tetapi Kautsar kemudian memilih menghilang ke pedalaman hutan Aceh, bahkan disebut-sebut bersembunyi di markas GAM.
Anak Muda Progresif
Pasca Pemerintah RI dan GAM berdamai, nama Agus Wandi kembali muncul sebagai sosok anak muda Aceh progresif yang menghendaki perubahan.
Ia bersama Thamren Ananda, Rahmat Djailani, Raihan Diani dan beberapa aktivis SMUR lainnya mendirikan Partai Rakyat Aceh (PRA) sebagai sebuah partai lokal.
Pada pemilu legislatif 2009, PRA kurang mendapat sambutan rakyat, sehingga kurang diperhitungkan dalam peroleh kursi.
Para pentolan PRA kemudian ada yang hengkang dan masuk menjadi pengurus Partai Nasional Aceh (PNA), partai lokal besutan Irwandi Yusuf.
Sedangkan Agus Wandi memilih berkarier di jalur lain.
Di sela kesibukannya sekitar tahun 2008, ia menerbitkan buku berjudul "9 Langkah Memajukan Diri dan Aceh."
Sejak saat itu, nama Agus Wandi seperti hilang ditelan bumi dari lingkaran gerakan aktivis Aceh.
Lama tak terdengar kabar, ternyata anak petani asal Sibreh, Aceh Besar ini memilih berkarier di luar negeri.
Ia menjadi relawan di UNDP, sebuah organisasi di bawah PBB, dengan jabatan saat ini sebagai chief technical spesialist crisis prevention and mitigation dan tinggal di Freetown, ibukota Republik Sierra Leone, sebuah negara di Afrika Barat.
Untuk ukuran seorang pemuda Aceh, Agus Wandi adalah sosok yang brilian.
Ia fasih berbahasa Inggris dan memiliki latar belakang pengetahuan sosial politik yang mumpuni, terutama tentang isu HAM, perdamaian, keamanan dan politik global.
Ia juga hobi membaca buku penulis berkelas.
Agus sangat memimpikan agar anak muda Aceh kelak memiliki keterampilan berbahasa Inggris yang baik agar menjadi generasi yang diperhitungkan dalam segala bidang.
"Dengan menambah (porsi) Bahasa Inggris di sekolah dan universitas, Aceh bisa menang satu langkah dibanding lulusan sekolah tempat lain di Indonesia. Seperti tamatan Malaysia, Singapura atau Filipina yang mampu bersaing di tempat kerja regional dan internasional, hanya karena menang bahasa," tulis Agus Wandi seperti yang dikutip Serambinews.com di laman facebook-nya.
Meskipun berkenala jauh dari kampung halamannya, Aceh, Agus Wandi berharap kelak masa depan terbaik untuk Aceh akan terwujud.
"Semoga 2019 dunia lebih damai dan semua saling bekerja sama menyelamatkan bumi, menjaga alam, membantu perdamaian, pengungsi, penyelesaian konflik2, dan membangun politik yg tdk memecah belah tapi menyatukan di Aceh, Indonesia dan dunia," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Serambinews.com dengan judul Agus Wandi, Anak Aceh Pertama yang Sukses Mencapai Antartika, Ini Sosoknya yang Bikin Salut Warganet