TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, mengajak generasi milenial melawan puisi bermuatan perpecahan yang dibuat politisi dengan puisi kontempatif dan membawa pesan damai.
"Biarin ada puisi-puisi yang saling beradu. Tapi kalau diberi ruang, generasi milenial, lawan dengan puisi-puisi yang menggembirakan," kata Haedar saat di Malang, Kamis (7/2/2019).
Ia menilai diskursus politik Indonesia menjelang Pilpres 2019 semakin membuat panas dan kering gagasan. Para elit politik kata dia, belum menunjukkan sikap dewasa dan menunjukkan sisi negarawan.
"Lebih baik dalam puisi maupun dalam pernyataan sebaiknya para elit politik menahan diri dan lebih baik lontarkan pernyataan-pernyataan yang produktif," kata dia.
Haedar juga mengusulkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memangkas masa kampanye agar tidak terlalu lama. Menurut dia, masa kampanye terlalu lama sangat tidak efektif dan mengakibatkan masyarakat menjadi kontraproduktif.
"Lagi pula keduanya (paslon capres-cawapres) sudah ahli," katanya.
Sebelumnya, politisi Gerindra, Fadli Zon, melontarkan puisi berjudul 'Doa yang Tertukar'.
Puisi itu dibuat oleh Fadli menanggapi kekeliruan doa yang disampaikan oleh KH Maimoen Zubair yang menyebut nama Prabowo ketika bersama Jokowi.