TRIBUNNEWS.COM -- Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) mengadakan rapat rutin dalam rangka persiapan Festival Kelapa Internasional yang ke tiga 2019 di Taman Ujung Sukasada Karangasem Bali.
Pertemuan KOPEK sebelumnya telah sepakat menunjukan Kabupaten Karangasem menjadi tuan rumah even tahunan ini. Tidak kurang 15 kabupaten yang hadir.
Pertemuan KOPEK ini berlangsung dua hari (15-16 Februari 2019). Nampak beberapa bupati, diantaranya Bupati Gorontalo, Bupati Indragiri Hilir, Bupati Buol, Bupati Agam Sumatera Barat, Bupati Maluku Tenggara Barat dan Bupati Tanjung Jabung Barat.
Selain restrukturisasi KOPEK yang belum genap berusia satu setengah tahun, rapat juga memutuskan untuk menggelar pemilihan putri kelapa dalam Festival yang dilaksanakan awal September mendatang.
Karangasem punya pengalaman mendatangkan 15 finalis Miss Universe papar Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri yang kemudian dalam rapat didapuk menjadi Duta Kelapa Indonesia.
Kegiatan diawali dengan seminar yang menghadirkan Asia and Pacific Coconut Community yang kini menjadi International Coconut Community. Alit Pirmansah yang mewakili lembaga antar pemerintah ini memaparkan perbedaan harga kelapa di Indonesia dengan India.
Menurutnya harga kelapa di India saat ini bisa mencapai Rp. 8.000 per butir, jauh dibanding Indonesia yang hanya Rp.800 per butir.
Perubahan lembaga APCC menjadi ICC sendiri ditanggapi oleh Prof. Dr. Nelson Pomalingo ketua umum KOPEK sebagai tanda nyata menggeliatnya perkelapaan global.
"Kita harus menangkap peluang ini dengan membenahi sektor kelapa kita. Jika perlu kita dorong agar orang Indonesia bisa menjadi pimpinan lembaga ini," kata Nelson.
Menurutnya, kelapa penting diperjuangkan apalagi ada tujuh juta petaninya dan lebih 50 juta jiwa keluarga petani dan pekerja kelapa yang tersebar merata diseluruh penjuru nusantara.
Jeremy Hicks dari Word Coconut Centre mengemukakan ide ekowisata kelapa yang menggabungkan konservasi, pendidikan, wisata serta pengolahan kelapa dengan konsep Whole Nut.
Dalam kesempatan yang sama, Ardi Simpala dari Sahabat Kelapa Indonesia yang juga pemerhati pariwisata, mengemukakan secara praktis kelapa tidak bisa dipisahkan dari pariwisata.
"Kelapa muda menjadi minuman segar wisatawan di objek wisata dan kawasan pantai wisata selalu terhias liukan pohon kelapa," ujarnya.
Bupati Sula Hendrata Thess yang ditemui disela acara mengutarakan pentingnya festival kelapa diadakan secara rutin dan berpindah tempat. Ia juga berharap industri kelapa terpadu bisa berkembang di Kawasan Timur Indonesia.