TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG - Petani tembakau mengeluhkan tata kelola pertanian yang dianggap tidak menguntungkan.
Saat tanam mereka kesulitan mendapatkan pupuk, sementara saat panen raya harga pun anjlok sehingga terkadang mereka justru nombok.
Seperti yang terjadi di Desa Kemloko Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung anjlog dari Rp 50-60 ribu per Kg menjadi Rp 15-25 ribu per Kg nya, bahkan ada juga yang belum la
“Saat panen harapannya dapat untung untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, eh ndak tahunya malah tombok. Ndak tahu, kenapa pabrik ndak mau beli,” kata Zulifah (36) salah satu petani tembakau silaturahmi dalam Ekodaya Ibu Tutut Soeharto bersama masyarakat Temanggung di kawasan lereng Gunung Sumbing, Dusun Bangsulan, Kemloko, Tembarak, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (16/2/2019).
Baca: 10 Tips Lakukan Solo Traveling, Biar Aman Pilih Penginapan yang Tepat
Tak hanya itu keluhannya, petani tembakau lainya, Mat Rozaki menjelaskan harga tembakau masih tinggi terakhir tahun 2011. Mulai 2012 sudah turun dan anjlok pada 2019 ini.
“Ndak tahu alasannya apa. Sekarang anjlok,” keluhnya.
Mereka juga mengeluhkan soal proses mendapatkan pupuk yang dinilai sulit.
Mbak Tutut menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi dan kesejahteraan para petani di kawasan Temanggung, Jawa Tengah, saat ini.
Padahal kawasan ini menjadi salah satu sentra pertanian tembakau.
“Temanggung itu selama ini dikenal sebagai kota tembakau. Tembakau Temanggung terkenal hingga ke seluruh dunia. Karena merupakan penghasil tembakau terbaik. Daunnya besar dan tahan terhadap hama. Tapi, melihat kondisi seperti sekarang ini saya jadi sedih,” katanya.
Mendengar hal itu, Mbak Tutut mengatakan ada yang tidak pas dalam sistem pertanian. .
Putri mantan Presiden Soeharto ini menekankan program-program pertanian yang dijalankan harus terus dikawal.
"Mesti dilakukan upaya pendampingan pada petani. Sehingga kehadiran Partai Berkarya benar-benar dirasakan bermanfaat bagi masyarakat," katanya.