Laporan Reporter Tribun Jogja, Santo Ari
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kekurangan surat suara di Sleman membuat banyak pemegang A5 hingga saat ini tak dapat menggunakan suaranya.
Kondisi digantung tersebut lantas membuat reaksi para pemilih dan berbondong-bondong mendatangi KPU Sleman.
Namun bukan kejelasan yang mereka dapat, mereka justru semakin emosi lantaran tak ada satupun pejabat yang ada di kantor.
Hingga berita ini ditulis, puluhan pemegang A5 tetap menunggu ada jawaban dari KPU.
Ryani (21) mahasiswa UGM, asal Banten mengatakan ia datang ke KPU setelah merasa diping-pong oleh petugas TPS.
Pemegang A5 ini datang ke TPS 66 Papringan pukul 11.00 namun hingga pukul 01.00 namanya tidak dipanggil.
Padahal namanya sudah tertera sebagai DPTb.
Hingga akhirnya surat suara habis, ia tak dapat menggunakan haknya untuk memilih.
"Di suruh koordinasi ke TPS terdekat, tapi ternyata juga sudah habis. Balik ke TPS awal, diarahkan ke KPU Sleman. Teman-teman yang lain sempat diarahkan ke kelurahan, tapi tetap enggak jelas juga, malah dibalikin ke TPS. Harapanya, kami ke KPU untuk dapat kejelasan, kami sudah dilempar ke sana-sini," keluhnya.
Ia pun menyayangkan kejadian ini. Ia sebagai pemilih pemula menantikan momentum pesta demokrasi ini.
"Enggak lucu ketika hak kita sebagai pemilih pemula, di momentum pemilu ini ga bisa milih kendala administrasi," ujarnya.
"Di-PHP-in itu sakit. Koordinasi benar-benar kacau sih," imbuhnya.
Ia pun berharap ada pilihan susulan.
Selain itu juga harus punya produk hukum yang tegas, sehingga panitia pelaksana dapat menjalani dan mempertanggungjawabkan aturan tersebut.
Banyaknya pemegang A5 yang protes ke KPU Sleman membuat mereka akhirnya secara mandiri melakukan koordinasi.
Sembari menunggu pejabat KPU Sleman yang datang, mereka merumuskan masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diserahkan kepada pegawai KPU yang kebetulan ada di kantor.
Alphatio (20) mahasiswa UGM asal Sumatera Selatan mengatakan berharap komisioner KPU datang dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
"Teman-teman kesini, tapi semua orang yang punya kewenangan untuk menjawab pertanyaan dan memberikan informasi valid tidak ada," paparnya.
Ia berharap akan diadakan pemilihan susulan.
Dan bila pun tidak bisa melakukan susulan dirinya pribadi akan berusaha membuat kanal aduan.
"Kita laporkan KPU. Karena hari ini penyelenggara KPU bermasalah, sedangkan ada bawaslu sebagai pengawas pemilu. Kita tidak memojokan, tapi memperbaiki. Tapi kita usahain tetep bisa memilih," paparnya.(*)