Sih Sugiarti mencoba mengingat lagi apa yang dirasakan suaminya.
Sih mengungkapkan bahwa suaminya sempat cemas dengan isu pemungutan suara ulang karena ada pelanggaran atau kecurangan saat pemungutan suara.
"Ada kecemasan diulang pemilihannya. Bapak sudah capek, enggak mau ngulang. Ia cemas kalau kalau ada pelanggaran eKTP di TPSnya. Ia takut menyalahi aturan, tapi memang setelah dilakukan penghitungan suara, semua berjalan lancar tidak ada kecurangan," terangnya.
Sih menuturkan bahwa suaminya selalu menjadi KPPS setiap ada pemilu.
Namun diakuinya pemilu tahun ini lebih berat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Terlebih dangan atmosfir politik yang memanas, dan ketika semua pihak saling klaim menjadi pemenang.
"Semua saling klaim dan minta menang, padahal di bawah banyak yang kelelahan bahkan saya dengar di berita banyak juga yang meninggal," ucapnya.
Terkait beratnya beban kerja dalam pemilu tahun ini yang dirasakan Lilik, hal itu dibenarkan oleh menantunya, Tiwi.
Tiwi menuturkan, bahwa mertuanya sempat cerita ada kecemasan ketika ada isu pemungutan suara ulang.
"Sempat bilang ke saya, bapak cemas kalau ada pemungutan suara ulang. Nanti dikira curang. Apalagi bapak jadi ketua KPPS, jadi ada rasa tanggung jawab," ungkapnya.
Di mata Tiwi, ayah mertuannya adalah sosok yang peduli dengan sosial.
"Bapak itu entengan kalau ada kegiatan sosial. Untuk kegiatan sosial dia pasti maju paling depan," kenangnya.
Terpisah, Ketua Divisi Hukum KPU Sleman, Ahmad Baehaqi memaparkan pihaknya sudah mendata petugas KPPS yang meninggal dan sakit selama bertugas.
Dari data yang ia peroleh, terdapat tiga orang anggota KPPS yang meninggal, dan ada tiga yang dirawat di rumah sakit.