News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Surabaya

Peringatan Setahun Bom Surabaya: Ipda Rahmat Maafkan Pelaku Meski Kini Matanya Tak Bisa Melihat Lagi

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga dari lintas agama berdoa dengan menyalakan lilin pada peringatan setahun bom gereja di pelataran Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Kota Surabaya, Senin (13/5/2019) malam. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Refleksi Peristiwa 13 Mei yang bertema Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Jl Ngagel Madya, Surabaya, Senin (13/5/2019), seolah menjadi momentum bersatunya seluruh umat beragama.

Ratusan orang yang berkumpul untuk memperingati satu tahun peristiwa bom yang dulu pernah melanda gereja tersebut, diselimuti dengan raut kebahagiaan dan tawa.

Tanpa memandang ras, suku, maupun agama, ratusan orang dari beberapa elemen masyarakat itu tampak semuanya duduk bersama dan saling tegur sapa.

Memori kelam peristiwa tersebut seakan sirna dalam ingatan ratusan warga, khususnya para jemaat Gereja SMTB.

Keberagaman terwujud di mana para jemaat beribadah misa, sedangkan umat muslim berbuka puasa.

Suasana kerukunan terjalin dan bersatu saat memasuki acara pentas seni lintas agama.

Mata pengujung tiba-tiba tertuju kepada kehadiran seseorang di acara itu yang memakai kursi roda.

Suasana Misa di Gereja Santa Maria Tak Bercela wujud mengenang peristiwa satu tahun bom Surabaya (TRIBUNJATIM.COM/MAYANG ESSA)

Ipda Rahmat Nurhadi adalah salah satu anggota Polri yang selamat dalam peristiwa bom di Gereja SMTB.

Ipda Rahmat Nurhadi hadir ditemani koleganya Ipda Junaidi.

Ipda Rahmat kini tak bisa melihat, namun semangatnya masih terpancar dalam senyumnya.

"Tanggal 13 Mei adalah peristiwa kelam bagi Surabaya, siapapun tidak menginginkan hal itu. Tapi saya sebagai anggota Polri tetap semangat," ujar Rahmat Nurhadi lirih.

Dia pun dengan lancar menceritakan kembali kisah heroiknya kala itu.

"Saya waktu itu sedang ada di pos bagian selatan pintu masuk. Di depan pos itu ada meja kursi. Saat pelaku masuk, kami sedang duduk dan langsung meledak. Kita gak ada yang nyangka," katanya.

Jiwa ksatria Ipda Rahmat pun masih tertanam dalam di hatinya.

Kolase Briptu Ahmad Muffan Alaufa dan Bom Surabaya (TRIBUNJATIM.COM)

Dia pun berpesan kepada masyarakat bila ada yang mencurigakan untuk segera melapor ke pihak berwajib.

"Tetap waspada di lingkungan masing-masing biar kejadian itu tidak terjadi lagi. Saya maafkan. Biar yang Maha Kuasa yang mengadili," kata Ipda Rahmat Nurhadi.

Peringatan peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu 13 Mei 2018, diawali dengan peluncuruan buku ‘13 Mei 2018’ di teras perpustakaan Gereja SMTB.

Baca: Kasus Meninggalnya Bayi Elora, Pemilik dan Pengasuh TPA Princess Jadi Tersangka

"Buku ini lahir dari kegelisahan dan pertayaan, sikap dan tindakan apa yang paling tepat? Mengenang atau melupakan?” jelas Bagus Haryono, salah satu penulis ‘13 Mei 2018’.

Buku ‘Merawat Ingatan Merajut Kemanusiaan’ merupakan kumpulan refleksi, narasi dan cerita seputar serangan bom yang terjadi setahun silam.

Penulis pun sangat beragam, mulai refleksi korban yang terkena dampak langsung, serta warga Indonesia dan luar negeri dalam mengungkapkan solidaritas dan pengalaman terkait peristiwa itu.

Anak Pelaku Bom Surabaya-Sidoarjo Cerita Prestasi (capture video)

Setelah peluncuran buku tentang peristiwa peledakan bom Surabaya, acara dilanjutkan dengan diskusi.

Seiring dengan refleksi peristiwa 13 Mei 2018, Gereja SMTB juga menggelar misa dengan makna berbeda.

Hal ini disampaikan langsung Deograsias Yosep, pengurus Gereja SMTB Ngagel.

Baca: UPDATE Hasil Akhir Pilpres 2019 Hitung Resmi KPU, Jokowi Unggul di 16 Provinsi, Prabowo 8 Provinsi

"Berbeda dari tahun sebelumnya, misa kudus kali ini difokuskan untuk memberikan makna yang mendalam pada peristiwa tersebut (peristiwa bom Surabaya) dengan pemanjatan doa pada korban," ungkapnya.

Deograsias mengatakan, Mei merupakan bulan Maria bagi umat Katolik, yang memiliki makna untuk memperingati peristiwa tersebut kepada Maria dengan wujud doa.

"Hal ini dilakukan sebagai cara untuk mengenang dan memberikan kekuatan bagi keluarga korban pada peristiwa 13 Mei tersebut," tambahnya.

Selain sebagai bentuk peringatan khusus mengenang satu tahun peristiwa bom Surabaya, kegiatan bersama lintas agama pun dilakukan.

Ada lima kegiatan yang dilaksanakan dalam peringatan tersebut.

Diawali dengan pre launching dan diskusi buku ‘13 Mei 2018’, acara dilanjutkan dengan buka puasa bagi undangan yang beragama Islam.

Suasana keberagaman tersirat dalam buka bersama itu, di mana pihak gereja membagikan takjil dan makanan kepada tamu beragama Islam.

Sementara itu, umat Katolik memanjatkan doa Rosario di dalam gereja.

DIMAKAMKAN - Sejumlah kerabat korban teror bom gereja, Aloysius Bayu Rendra Wardhana mengikuti prosesi pemakaman di TPU Keputih, Surabaya, Rabu (23/5). Aloysius Bayu Rendra Wardhana dikenang karena aksi heroiknya menghadang pelaku teror bom bunuh diri memasuki pelataran Gereja Santa Maria Tak Bercela pada Minggu (13/5) lalu. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (Surya/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Mereka tampak khusuk mendoakan para korban serta dilanjutkan dengan Misa Khusus.

Perform pentas seni antar umat beragama yang digelar di halaman gereja menambah rasa kerukunan antarumat beragama.

Acara ini diawali dengan pertunjukan seni hadrah yang dibawakan oleh umat muslim.

Kemudian diadakan doa bersama antarumat beragama yang dibawakan tujuh tokoh agama sekaligus juga membacakan deklarasi dengan mengucapkan terima kasih atas jalannya pemilu, dan mereka pun menolak aksi peopel power. (Tim Liputan Khusus Surya)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Satu Tahun Bom Surabaya - Ipda Rahmat Nurhadi Memaafkan Pelaku Bom yang Melukainya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini