TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil memberikan penjelasan soal desain Masjid Al Safar di KM 88 Tol Cipularang.
Desain masjid tersebut dibuat oleh firma arsitek milik Ridwan Kamil, Urbane Indonesia.
Penjelasan Ridwan Kamil disampaikan dalam dialog yang berlangsung di Gedung Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar, Senin (10/6/2019) siang.
Dalam acara itu hadir pula Ustaz Rahmat Baequni, pihak yang mempersoalkan desain Masjid Al Safar.
Baca: Menghitung Outfit Nagita Slavina Saat Kunjungi Rumah Ridwan Kamil, dari Dress Sampai Sandal Teplek
Ridwan Kamil dan Rahmat Baequni masing-masing diberi kesempatan memberi penjelasan selama 30 menit.
Dirangkum dari Kompas.com, berikut ulasan seputar penjelasan Ridwan Kamil dan kontroversi desain Masjid Al Safar, Selasa 911/6/2019):
1. Rahmat Baequni Singgung Logo Kepolisian Arab Saudi
Dalam kesempatan itu, Rahmat memberikan presentasi berjudul Paganisme Moderen.
Salah satu isinya, menggambarkan perkembangan sejarah terbentuknya simbol-simbol yang berkaitan dengan zionisme maupun iluminati.
Rahmat lalu membagikan pemikirannya tentang upaya zionis Yahudi menguasai dunia.
Dia sempat menunjukkan sejumlah monumen di dunia yang menunjukan simbol segitiga dan mata satu.
Salah satu yang dicontohkan yakni logo Kepolisian Arab Saudi dan Tugu Geometri di Enginerring Square di Jeddah.
"Simbol ini juga pernah muncul di Masjid Pusdai Jabar. Saya katakan itu simbol Yahudi, kenapa simbol itu ada dalam masjid? Saya kira tidak layak simbol semacam itu ada dalam masjid," ucapnya.
Rahmat kemudian menghentikan pemaparannya lantaran terbatas waktu.
2. Ridwan Kamil Minta Keadilan
Sementara itu, Ridwan menuturkan soal latar belakang karya arsitekturnya di sejumlah masjid hingga multitafsir dalam dunia arsitektur.
Salah satu yang dibahasnya adalah desain Masjid Pusdai Jabar yang merupakan karya dosen ITB Slamet Wirosanjaya.
"Desain ini terinspirasi masjid di Turki. Karena Indonesia daerah tropis, maka atapnya dibuat miring agar air menurun deras. Kalau dilihat ada tumpukan piramida," tutur Emil.
Emil pun memaparkan sejumlah arsitektur masjid yang dibuatnya seperti masjid Al Irsyad yang terinspirasi kabah, masjid Sulawesi Selatan yang terinspirasi 99 asmaul husna, termasuk desain masjid yang dibuatnya untuk pusat dakwah di Sevila, Spanyol.
Menurut Ridwan, lantaran estetika Islam tak mencerminkan makhluk hidup, para ulama bersepakat memilih estetika dalam bentuk geometri.
Hasilnya, tak bisa dihindari bentuk-bentuk, seperti segitiga dan lingkaran.
"Kalau iluminati mengambil semua bentuk dasar geometri sehingga kita 'katempuhan' di era modern yang tak sengaja. Kalau betul segitiga tidak boleh, lingkaran juga tidak boleh, elips juga tidak boleh karena membentuk mata dajjal. Berarti habis semua bentuk geometri diambil mereka," tutur Emil.
Untuk Al Safar, desain itu terinspirasi dari alam yang berbentuk tak beraturan.
Dalam ilmu arsitektur, ada teori melipat seperti origami.
Segitiga merupakan geometri yang mampu memeluk bentuk apapun.
"Ada bentuk segitiga, ini trapesium karena atasnya dipancung. Pintu masuknya katanya segitiga, itu trapesium empat sisi. Saya menjelaskan apa adanya demi Allah, ada ibu saya di sini buat apa saya berbohong," terang Emil.
Lantas dia mempertanyakan bagaimana nasib masjid lain yang punya geometri serupa seperti Masjid Al Ukhwah, Masjid Trans Studio, dan Masjid Raya Jakarta karena geometri serupa dalam pembangunan masjid juga tak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di Masjid Nabawi.
"Ini mihrab di masjid Nabawi, ada bentuk segitiga dan lingkarannya. Apakah ini konspirasi? Wallahualam. Bagaimana dengan jutaan haji yang shalat di masjid Nabawi apakah sah shalatnya? Jangan menghakimi dulu oleh informasi yang sepotong. Pulang dari sini mau paham atau tidak silakan, saya sudah menjelaskan," ungkapnya.
Dalam pidato penutupnya, dia pun meminta fatwa dari MUI soal aturan desain masjid agar tak membingungkan dan mengantisipasi salah tafsir dari masyarakat.
"Saya mau minta keadilan saja, kalau Al Safar difatwakan begitu, saya minta fatwa masjid Nabawi karena bentuknya sama. Jangan karena ada Ridwan Kamilnya dibahas sampai rusak. Saya minta kesepakatan ulama, kami yang awam menunggu fatwa MUI suapya tak berulang ke anak cucu kita," tutur Ridwan.
3. Rahmat Bantah Hendak Jatuhkan Ridwan Kamil
Ustaz Rahmat Baequni membantah dugaan ingin menjatuhkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil seputar argumennya soal desain Masjid Al Safar di Km 88 Tol Cipularang yang bermuatan simbol segitiga dan mata satu.
"Tidak (ada niat apa pun), demi Allah. Sama sekali saya tidak pernah berniat menjatuhkan siapa pun apalagi Pak Ridwan Kamil. Tadi saya sampaikan, kami akan terbuka dan saya sama sekali tidak bersuudzon kepada siapa pun," kata Rahmat seusai dialog bersama Ridwan Kamil dan MUI Jabar di Gedung Pusdai Jabar, Senin (10/6/2019).
Rahmat mengatakan, ceramah teori konspirasi pada simbol arsitektur masjid tak hanya berlaku untuk Masjid Al Safar.
Adapun soal klarifikasi yang disampaikan Ridwan Kamil, Rahmat menilai pemaparannya sudah proporsional.
"Betul, bisa dilihat di ceramah saya di seluruh Indonesia. Saya tidak hanya membahas masjid Al Safar. Itu hak beliau, sekali lagi tadi multitafsir, banyak pandangan yang tadi belum saya kemukakan. Dan ada fakta yang belum saya ungkapkan, tapi waktu terbatas. Saya sangat memahami sekali, beliau menyampaikan proporsional sebagai profesi arsitek," tuturnya.
4. Rahmat Bantah Fitnah Ridwan Kamil
Rahmat juga membantah telah memfitnah Ridwan Kamil dalam ceramahnya seperti yang berkembang di sosial media.
"Ada muncul kalau saya memfitnah beliau keturunan dajjal itu fitnah, coba lihat dalam ceramah saya ada tidak keterangan saya soal itu," katanya.
Rahmat menambahkan, isi ceramahnya bertujuan untuk mengingatkan para kaum muslimin soal potensi acaman yang merusak akidah umat Islam. Ia pun mengaku siap menjelaskan hal tersebut secara terbuka kepada siapa pun.
"Saya bersyukur ada momen seperti ini sehingga saya bisa menjelaskan secara terbuka. Bahkan tak hanya dengan MUI dan Pak Ridwan Kamil saya bisa menjelaskan secara terbuka. Saya tidak mungkin dengan waktu terbatas menjelaskan semua. Karena itu saya secara pribadi terbuka (menjelaskan) insya Allah," ungkapnya.
Dia pun berharap, forum serupa digelar lebih banyak agar ada kesepakatan antara ulama dan umaro untuk menyikapi hal tersebut.
"Dan saya berharap ada lagi forum seperti ini berdialog sampai tuntas hingga ada kesepakatan antar ulama dengan umaro yang di tengah MUI pusat, itu yang saya harapkan. Yang saya harapkan, seluruh ulama bisa memperhatikan hal itu sehingga jangan sampai ada sesuatu karena ketidaktahuan itu dibiarkan sehingga itu akan membatalkan akidah kita, ibadah kita," tuturnya.
(Kompas.com/Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani)