TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG – Masih ingat Aria Permana? Dia adalah seorang remaja di Kabupaten Karawang yang mengidap obesitas.
Aria Permana namanya juga sempat viral di media sosial karena berat badannya yang tak wajar itu.
Bobot badannya yang pada tahun 2016 itu mencapai 192 Kilogram membuatnya kesulitan untuk beraktivitas.
Lama tak terdengar, baru-baru ini dikabarkan bobot Aria Permana telah menyusut drastis.
Kabarnya, bobot Aria Permana turun drastic menjadi 87 Kilogram pascaoperasi bariatik atau operasi penyempitan lambung pada 2017 lalu.
Lalu bagaimana kondisi Aria Permana sekarang?
Tribunnews.com telah merangkum sejumlah fakta dan keterangan terkait Aria Permana sebagai berikut.
Operasi di Jepang
Aria Permana bercerita saat dia harus terbang ke Jepang untuk mejalani operasi bariatiknya pada tahun 2016 silam.
Dua kursi penumpang harus digunakan untuk menampung badan Aria Permana (13) yang kala itu berbobot 192 kilogram.
Baca: Kalapas Sukamiskin Ungkap Alasan Petugas Tak Kawal Setnov ke Meja Administrasi RS
Kala itu Aria bersama kedua orang tua dan satu penerjemah berangkat ke negeri sakura guna menjalani serangkaian pengobatan menurunkan berat badannya.
Mengingat itu adalah pengalaman pertamanya naik pesawat, Aria mengaku tak bisa tidur selama di perjalanan.
Matanya terus menerawang ke seluruh bagian kabin pesawat.
Tak menyangka dirinya bisa sampai ke luar negeri.
"Saya enggak bisa tidur selama di pesawat, takut sih engga. Tapi enggak tahu enggak bisa tidur," kata Aria ditemui TribunJakarta.com di rumahnya di Kampung Pasir Pining RT 002/01, Desa Cipurwasari, Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (15/6/2019).
Setibanya di Tokyo, segala keperluan Aria dan keluarga sudah disiapkan. Termasuk biaya pengobatannya.
Total selama sepekan Aria bersama keluarganya berada di ibu kota Jepang itu.
Aria berangkat ke Jepang atas undangan salah satu media di Jepang setelah beberapa waktu sebelumnya sempat mewawancari Aria di rumahnya.
Selain menjalani pengobatan, Aria juga mengaku sempat mengunjungi beberapa objek wisata di Tokyo. Namun sayang, ia lupa nama tempat yang dikunjunginya.
"Pokoknya saya ke akuarium raksasa dan menara tinggi di Tokyo. Namanya saya lupa," kata bocah pengagum Liverpool itu mengigat tempat yang pernah disambanginya di Tokyo.
Saat berjalan-jalan itulah ada satu hal yang tak mungkin dilupakan Aria lantaran dia diangkut menggunakan trolly barang. Sebab, tak ada kursi roda yang muat menampung bobot badannya.
Sedangkan Aria juga tak kuat berjalan jauh. Baru beberapa meter saja, nafasnya sudah terengah-engah.
"Ya dilihatin sama orang-orang sana karena saya pakai trolly," kata Aria yang kini berat badannya sudah menurun drastis menjadi 87 kilogram.
Lantaran kala itu badannya masih besar dan kerap lapar, Aria sempat terkendala dengan makanan disana.
Sushi yang merupakan makanan khas Jepang terasa tak cocok dengan perutnya. Ia pun tetap memilih memakan nasi dan daging rebus.
"Enggak terlalu suka makannya," kata Aria yang membeli beberapa gantungan kunci bergambar tokoh kartun Naruto sebagai oleh-oleh.
Aria mengaku ingin kembali ke Jepang. Terlebih, saat ia disana, negara itu sedang memasuki musim dingin.
Sayang, tak sampai turun salju sehingga kesempatan Aria untuk melihat salju secara langsung belum terlaksana.
Namun, di balik semua keinginan itu, satu yang terbersit bagi Aria, yakni dia ingin menjalani operasi lanjutan untuk pengangkatan sisa kulitnya yang bergelembir akibat berat badannya turun drastis.
Kini, Aria yang telah mendapat surat rujukan dari RSUD Karawang mengupayakan operasi lanjutan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat.
Baca: Pengacara: Laporan Ancaman Pembunuhan, Kesaksian Palsu, dan Pencemaran Nama Baik Kivlan Zen Ditolak
Namun, ia dan keluarga masih bingung mengenai pembiayaannya yang ditaksir mencapai Rp 200 juta..
Dalam kondisi sulit seperti ini, keluarga Aria berharap biaya pengobatan ditanggung BPJS. Ia pun sangat terbuka uluran bantuan dana dari siapa pun.
Kulit dan Otot Menggelambir
Meski operasi bariatik sukses, namun hal itu bukanlah akhir dari perjuangan Aria Permana yang ingin mengurangi berat badannya.
Rupanya, operasi tersebut menyisakan satu persoalan lain yang perlu dihadapi Aria Permana.
Baca: Dahulu Berbaring di Lantai Rumah & Punya Bobot 192 Kg, Intip Perubahan Drastis Aria Permana Terkini
Pascaoperasi bariatrik hingga saat ini, Aria yang dulu gemuk menyisakan kulit bergelambir sisa lemak di tubuhnya, terutama di lengan, perut, punggung hingga paha.
Aria memperlihatkan gelambir kulit tubuhnya saat tribunjakarta.com menemui penggemar pemain Persib Bandung Febri Hariyadi di rumahnya, Kampung Pasir Pining RT 002/01, Desa Cipurwasari, Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
"Sakit sih enggak, tapi menggangu aktivitas saya," kata Aria menceritakan kondisi tubuhnya saat ini kepada TribunJakarta.com, Sabtu (15/6/2019).
Tahun ini Aria akan duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Semakin beranjak remaja, ia mengaku ingin tubuhnya seperti orang pada umumnya.
Beragam saran mulai dari diet teratur, olahraga rutin dan nashat lainnya selalu dikerjakannya.
Namun, untuk kembali normal Aria harus menjalani operasi untuk menyedot sisa daging yang bergelambir di tubuhnya.
Bocah kelahiran 15 Februari 2006 itu kini sudah tak lagi terengah-engah ketika berjalan, bahkan ia sudah mampu bermain bola sampai satu jam.
Baca: ITB Gelar Rating Kota Cerdas ke-3
"Sebenarnya saya dan ibunya kasihan kalau dia dioperasi lagi, tapi ternyata dianya sendiri malah lebih siap," kata Ade Somantri, ayah Aria.
Ade mengatakan rencananya Senin (17/6/2019) ia bersama istri akan mengajak Aria ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat untuk konsultasi tentang operasi lanjutan Aria.
Biaya Perawatan Capai Rp 200 Juta
Operasi penyedotan sisa daging yang menggelambir di tubuhnya ternyata membutuhkan biaya yang tak sedikit.
Ade menyebut biaya operasi dan perawatan Aria mencapai sekitar Rp 200 juta.
Baca: Ingin Tetap Fit Beraktivitas di Hari Tua? Perhatikan Asupan Vitamin K
keluarga masih bingung soal biaya yang begitu besar.
Ia belum menerima kepastian bahwa biaya operasi tersebut akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Sejatinya, Ade pun saat ini masih ragu.
Satu sisi dia ingin menyembuhkan anaknya, namun, dia juga terhalang oleh biaya.
Angka tersebut merupakan estimasi yang diberitahukan oleh salah satu dokter yang nanti akan menangani Aria.
"Sampai saat ini belum ada gambaran jelas bagaimana nanti pembiayaannya. Tapi menurut dari dokter bedahnya operasi ini enggak cukup satu kali. Makanya besok Senin baru pertama mau ke RSHS untuk konsultasi dan nanya prosedurnya," ucapnya.
Wajar saja, Ade dibuat pusing setelah diberitahu soal besarnya biaya operasi tersebut.
Keluarga ini memang terbilang bukanlah berasal dari kalangan mampu, namun demi Aria orangtua akan melakukan sekuat tenaga.
"Orang tua kalau untuk anak semua juga pasti dilakukan. Apalagi dulu pas inget bagaimana kondisi Aria. Hampir 16 bulan cuma bisa tengkurap aja, makanya saya juga pengen sembuhin dia," kata Ade.
Sehari-hari Ade bekerja sebagai security di salah satu pabrik tak jauh dari rumahnya. Sedangkan sang istri adalah ibu rumah tangga.
Sebagai petugas security yang disalurkan oleh yayasan, Ade hanya digaji Rp 2,5 juta sebulan.
Dia kerap tak mendapat gaji utuh tiap bulannya karena ada saja harus izin tak masuk kerja karena mengantar Aria berobat.
Bila tak masuk kerja, selain gajinya dipotong sebesar Rp 170 ribu per harinya, Ade harus memberikan uang kepada rekannya yang menggantikan posisinya bertugas.
"Saya sampai bilang ke yayasan, enggak apa-apa gaji dipotong tapi saya tidak dikeluarkan kerja," kata Ade.
Sebelum membayangkan uang Rp 200 juta untuk biaya operasi Aria, Ade terlebih dahulu harus mengeluarkan uang di atas Rp 1 juta untuk perjalanannya ke Bandung esok.
Uang tersebut untuk keperluan transportasi dan makan mereka selama disana.
Sebab, dengan kondisi Aria, Ade harus menyewa mobil untuk sampai di RSHS.
Ade merinci untuk biaya sewa mobil sehari ia harus merogoh kocek Rp 400 ribu, sewa sopir Rp 200 ribu belum lagi ditambah biaya tol, bahan bakar dan makan mereka selama di sana.
"Itu besok kita berangkat jam 05.00 WIB subuh dan bisa sampai tengah malam baru pulang lagi," kata Ade.
Baca: Alasan Penting Jangan Pernah Posting Boarding Pass ke Media Sosial
Dalam kondisi sulit seperti ini, Ade berharap biaya pengobatan Aria ditanggung BPJS.
Ia pun sangat terbuka uluran bantuan dana dari siapa pun.
Penggemar Liverpool dan Pemain Persib
Slogan You'll Never Walk Alone milik klub Liverpool seakan dirasakan betul oleh Aria Permana (13) dalam perjuangannya untuk mengembalikan bentuk badannya.
Ya, selama berjuang dalam melawan obesitas, Aria memang tak pernah sendiri.
Baca: VIRAL YouTuber dengan Minimal 10 Ribu Subscriber Bisa Masuk UPN Veteran Jakarta Jalur Prestasi
Banyak pihak yang membantunya hingga ia kini telah berhasil turun drastis, dari semula mencapai 192 kilogram menjadi 87 kilogram.
Aria memang memiliki kedekatan emosional dengan klub yang bermarkas di Stadion Anfield itu.
Dirinya mengaku sebagai Kopites, penggemar bagi klub merah asal Merseyside.
Ditemui TribunJakarta.com di rumahnya di Kampung Pasir Pining RT 002/01, Desa Cipurwasari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (15/6/2019), Aria begitu bersemangat ketika membicarakan sepak bola.
Soal kecintaannya terhadap Liverpool, bocah yang sempat viral ini menegaskan bukanlah fans karbitan lantaran klub berjuluk The Kop itu baru saja menjadi yang terbaik di eropa tahun ini.
Aria mengatakan telah jatuh hati dengan Liverpool sejak masih diperkuat sang kapten Steven Gerrard dan Luis Suarez.
"Emang udah lama ngefans Liverpool bukan baru sekarang aja," kata Aria yang juga masih mengingat momen saat Gerrard terpeleset ketika melawan Chelsea dalam perburuan gelar juara Liga Inggris musim 2013/2014 silam.
Saat ditanyakan tentang pemain idolanya di Liverpool, Aria dengan mantap menyebut sang pemilik nomor 11 yakni Mohamed Salah.
Baginya, Salah adalah pemain yang sangat memotivasinya. Baik di dalam maupun di luar lapangan.
Sejak menjalani operasi bariatrik pada 2017 silam, sepak bola memang menjadi motivasi Aria.
Bocah yang tahun ini akan duduk di sekolah menengah pertama ini kemudian rutin bermain sepak bola. Bahkan, ia juga masuk sebuah tim sepak bola di kampungnya.
Ia menuturkan saat ini telah kuat bermain sepak bola secara full 2x45 menit. Padahal bila menengok saat masa terpuruknya, untuk berjalan saja beberpa meter saja Aria sudah terengah-engah.
Aria menyebut kondisi fisiknya fit.
Hanya saja sisa daging yang bergelambir membuat aktivitisnya sedikit terganggu.
"Harapannya yang pada bergelambirnya bisa dioperasi soalnya ganggu aktivitas saya. Kalau lari suka kena muka," kata Aria.
Di timnya, Aria berposisi sebagai bek tengah. Bentuk badannya yang raksasa membuatnya tangguh menjaga benteng pertahanan tim.
"Cita-cita saya emang jadi pemain bola," tutur bocah kelahiran 15 Februari 2006 itu.
Bila untuk tim eropa ia merupakan fans Liverpool, maka untuk skala lokal, sebagai warga Jawa Barat Aria tentu merupakan seorang bobotoh.
Dan pemain Persib Bandung Febri Hariyadi menjadi idolanya untuk pesepak bola di tanah air.
Meski berbeda dengan posisinya, Aria menilai permainan agresif Febri membuatnya bersemangat dalam menonton Persib Bandung.
Namun, Aria belum pernah menonton langsung Persib Bandung berlaga, begitu juga bertemu dengan sang idola.
Karenanya, ia berharap dalam pengobatannya jelang operasi lanjutan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, ia dapat menemui sang idola.
"Ya semoga aja bisa ketemu sama Febri Hariyadi dan pemain Persib lainnya," kata Aria.
Kalau soal keinginannya melihat langsung Liverpool berlaga dan beryanyi bersama puluhan ribu suporter, tentu itu merupakan mimpi besarnya.
Baca: Mewahnya Resor Tempat Bermalam Syahrini dan Reino Barack di Bora Bora
Atmosfer Stadion Anfield menjadi mimpi yang seolah selalu memanggilnya untuk segera bergabung dengan para suporter menyanyikan lagu You'll Never Walk Alons yang sangat diresapinya.
"Tentunya pengen liat Liverpool main di Anfield. Semoga aja itu bisa kesampaian," kata Aria. (TribunJakarta/Tribun Jabar)