Kemudian ke Mojokerto atau ke daerah lain naik bemo. Di sana baru jalan kaki keliling sambil nyunggi dagangannya.
Baca: Bukan Ikan Asin, Hotman Paris Ungkap Perkataan Paling Menyakitkan Galih Ginanjar untuk Fairuz
Baca: Profil Karen Vendela Hosea, Wanita yang Baru Saja Dilamar Boy William
Baca: Ruangan SDN Blang Keudah Tiro Dipenuhi Kotoran Kambing, Begini Penjelasan Kepala Sekolah
Dirinya mengaku hanya selalu berusaha dan berniat mencari rejeki untuk keluarga.
Sehingga ketika dagangan tidak habis terjual juga tidak pernah mengeluh.
"Kalau tidak habis ya dibawa pulang. Kan bisa dimakan bersama anak-anak di rumah," ujar Mbak Um.
Dengan pendapatan pas-pasan, dia tetap selalu bertekad agar anak-anaknya bisa hidup lebih baik.
'Kembaran' Shin Tae-yong yang Aslinya Tak Gila Bola, Suwito Sosok Mirip Pelatih Timnas U23 Indonesia
Breaking News: Ketum PSSI Resmi Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong Sebagai Pelatih Timnas Indonesia!
Meski dirinya hanya sekolah MI (setingkat SD), dia tidak mau anak-anaknya tidak sekolah.
"Biar saya saja yang rekoso (sengsara), anak-anak harus sekolah. Harus lebih pinter dari saya.
Makanya, meski harus hutang ke sana-kemari, saya lakoni demi sekolah anak," tutur perempuan bertubuh kurus itu.
Diceritakannya, saat dua anaknya sudah sama-sama SMA, kerap bingung setiap kali harus bayar sekolah.
Untungnya, dua anaknya juga sabar, sehingga mau gantian.
Baca: Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai Tidak Lolos Seleksi Administrasi Capim KPK
Baca: Kain Kasa Busuk di Dalam Perut Pasien, Polisi Akan Gelar Perkara Dugaan Malpraktik RS di Tubaba
Terkadang anak pertama dulu dibayari, kadang sebaliknya.
"Kalau tidak ada uang ya apapun saya jual. Biasanya saya jual cincin atau anting emas untuk bayar sekolah. Tidak apa-apa demi anak," tambahnya.
Karena lokasi sekolah jauh, anak-anaknya saban hari harus nebeng ke tetangga untuk berangkat dan pulang sekolah.
Bahkan, acap kali Mbak Um tak punya uang untuk memberi uang saku kepada anaknya.